Memahami Ketentuan Puasa
Rangkuman Materi untuk
Kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H SMPN 1 Ngunut
(11-16 April 2022)
Oleh : Nurul Hidayah,
S.Ag
Pengertian.
Puasa dalam Bahasa Arab disebut shaumu, secara bahasa artinya
“menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan dari makan, minum, nafsu,
amarah, mengumpat, bicara bohong dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut istilah hukum Islam puasa/shaumu adalah menahan diri
dari segala hal yang dapat membatalkan puasa disertai niat dan beberapa syarat
tertentu mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari. (Sulaiman
Rasjid, 2007)
Allah SWT berfirman :
...وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ...
“...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” (Q.S.
al-Baqarah : 187)
Rukun Puasa
Rukun
puasa adalah sesuatu yang wajib (harus) ada atau harus dijalani ketika
seseorang berpuasa, jika tidak ada ataupun tidak dijalani maka tidaklah sah
puasa seseorang. Rukun puasa terdiri atas :
1.
Niat. Niat
puasa artinya sengaja melakukan puasa. Pada puasa Ramadhan niat dilakukan pada
malam harinya. Sabda Rasullullah SAW :
مَنْ لَمْ يُجْمِعِ
الصِّيَامِ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ (رواه الخمسة)
“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum
fajar terbit, maka tiada puasa baginya.” (H.R.
al-Khamsah)
Menurut Ulama Syafi’iyyah niat
puasa Ramadhan harus dilaksanakan pada tiap-tiap malam, tidak sah puasa
seseorang jika tanpa melakukan niat pada malam hari menjelang puasa. (Hasbi Ash Shidiqy, 1954)
Sedangkan
pada puasa sunnah niat puasa tidak wajib dilaksanakan pada malam hari, boleh
berniat puasa pada pagi/siang hari (sebelum matahari condong ke barat) asalkan belum melakukan hal yang membatalkan puasa (makan, minum,
dan sebagainya). (Sulaiman
Rasjid, 2007)
2. Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Orang yang berpuasa diwajibkan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Syarat
Wajib Puasa
Syarat
wajib puasa merupakan syarat yang harus terpenuhi sebelum melakukan ibadah
puasa, seseorang yang tidak memenuhi syarat wajib puasa, maka gugurlah tuntutan
kewajiban puasa baginya. Syarat-syarat wajib puasa sebagai berikut :
a)
Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib puasa.
b)
Baligh, anak-anak yang belum baligh tidak wajib
puasa.
c)
Berakal sehat, orang yang tidak berakal sehat
(gila dan sebagainya) tidak wajib puasa.
d) Mampu/kuat, orang yang tidak mampu (sebab karena sakit atau usia lanjut) tidak wajib puasa. Namun jika setelah Ramadhan orang tersebut (orang sakit yang telah sembuh) mampu untuk menjalankan puasa maka wajib mengganti puasanya sebanyak hari yang ia tinggalkan. Sedangkan jika sudah tidak mampu lagi berpuasa (karena sakitnya parah dan kecil kemungkinan untuk sembuh) maka mengganti puasanya dengan membayar fidyah.
Syarat
Sah Puasa.
Syarat
sah puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang agar puasanya sah.
Syarat-syarat sah puasa sebagai berikut :
a)
Islam
b)
Mumayyiz, dapat membedakan hal
yang baik dan hal yang buruk
c)
Suci dari darah haid (darah kotoran) dan nifas
(darah setelah melahirkan), orang haid atau nifas tidak sah puasanya, dan ia
wajib mengganti puasanya dihari lain.
d) Pada waktu dibolehkan puasa. (Sulaiman Rasjid, 2007)
Hal-hal
yang Membatalkan Puasa
Hal-hal
yang dapat membatalkan puasa seseorang diantaranya :
a)
Makan dan minum dengan sengaja (termasuk
merokok), jika seseorang makan atau minum disiang hari karena lupa maka tidak
membatalkan puasa.
b)
Muntah dengan sengaja
c)
Hubungan suami istri di
siang hari bulan Ramadhan
d)
Keluar darah haid atau nifas
e)
Hilang akal, orang puasa hilang akalnya (sebab
gila dan sejenisnya) maka batal puasanya, namun jika hanya hilang kesadaran
(sebab tidur atau pingsan) tidak batal puasanya.
f)
Keluar air mani dengan sengaja, jika keluar mani
tanpa sengaja (misalnya mimpi basah disiang hari) maka tidak membatalkan puasa.
g) Murtad, keluar dari agama Islam (Sayyid Sabiq, 2005)
Amalan
Sunnah saat Puasa
Beberapa
amalan sunnah yang dapat menambah pahala orang puasa adalah sebagai berikut :
a)
Segera berbuka, jika telah yakin matahari sudah
terbenam
b)
Berbuka dengan sesuatu yang manis, misalnya
kurma jika ada
c)
Berdoa saat berbuka puasa
d)
Makan sahur pada akhir waktu, kira-kira 15 menit
sebelum fajar
e)
Memberi menu berbuka bagi orang puasa
f)
Banyak bersedekah
g)
Banyak membaca al-Qur’an
Hal-hal
yang dimakruhkan saat Puasa
Hal-hal
yang dimakruhkan maksudnya adalah orang puasa boleh melakukannya, tapi
seyogyanya meniggalkannya. Kalau dia dapat mencegah dapat pahala, kalau
melakukannya tidak batal puasanya, diantaranya :
a)
Mencium bau-bauan. Baik itu bunga, minyak, obat,
makanan, minuman dan sebagainya.
b)
Berbekam (menyedot darah) baik dengan cara
tradisional maupun dengan cara modern.
c)
Mencicipi sesuatu.
Baik makanan, minuman, dan lain-lain walau tidak ditelan.
d)
Mengunyah-unyah
benda. Baik karet, kayu, pakaian dan lain-lain.
e) Berkumur kumur setelah tergelincir matahari hingga maghrib.
Macam-macam
Puasa
Puasa
ada empat macam, yakni:
1.
Puasa wajib; Puasa Ramadhan, puasa Nadzar, puasa
Kafarat
2.
Puasa sunnah; Puasa enam hari di Bulan Syawal,
puasa ‘Arafah, puasa ‘asyura, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya
3.
Puasa makruh; Puasa sunnah yang dilakukan istri
tanpa ijin suami, Puasa sunnah yang dilakukan seorang tamu tanpa ijin tuan
rumah, Puasa seorang anak yang belum baligh tanpa seijin orang tuanya
4. Puasa haram: Puasa pada hari raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal, Puasa pada hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, Puasa pada hari tasyrik 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (Sulaiman Rasjid : 2007)
Tingkatan Puasa
1.
Puasa Umum
Puasa yang dikerjakan (pada umumnya) untuk
menggugurkan kewajiban yaitu menahan diri dari makan, minum serta hubungan
suami istri.
2.
Puasa Khusus
Puasa yang dikerjakan oleh para sholihin, yaitu
mengekang semua anggota badan dari segala perbuatan dosa (maksiat). Untuk
mencapainya harus menguasai 5 hal, yaitu :
a.
Menjaga indra mata / pandangan dari hal-hal yang
dilarang oleh agama.
b.
Memelihara / menjaga lisan dari maksiat di
antaranya : ghibah, dusta, adu domba, dst.
c.
Menjaga / menghindari jika terdengar hal-hal
yang dilarang oleh agama.
d.
Menjaga anggota tubuh dari makan makanan yang
bersifat syubhat ketika terbuka dan menjaga badan di siang hari maupun di malam
hari.
e.
Tidak terlalu banyak makan saat berbuka
3.
Puasa Khawashul khawash
Puasa yang tidak hanya memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi saja.Tetapi memelihara dan mengekang hati dari tujuan hal-hal yang bersifat duniawi semata. Puasa ini hanya memikirkan Allah swt semata. Tingkatan puasa yang demikian jika memikirkan hal-hal selain Allah maka gugurlah puasanya. Puasa yang demikian ini biasa dilakukan / setingkat dengan puasa para nabi dan para shiddiqin, pada hakekatnya menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah semata (al-Ghazali, 2003)
Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilaksanakan oleh umat islam selama bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun islam. Umat islam mulai diwajibkan menjalankan puasa Ramadhan pada tahun kedua Hijriah.
Dasar
Hukum
Salah satu dasar hukum pelaksanaan puasa
Ramadhan adalah firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S. al-Baqarah : 183)
Penentuan Awal Puasa
Awal puasa Ramadhan dapat
ditentukan melalui cara berikut :
a.
Dengan ru’yatul hilal
artinya dengan melihat bulan tanggal 1 Ramadhan secara langsung atau dengan
alat teropong.
b.
Dengan ilmu hisab atau
perhitungan bulan oleh ahli falaq.
c.
Dengan menyempurnakan bulan
Sya’ban 30 hari, apabila ru’yah terhalang (bulan tidak terlihat) (Bujairimi, 1999).
d.
Mendengarkan kabar yang
mutawatir, yaitu kabar orang banyak yang tidak mungkin terjadi kebohongan.
1.
Orang yang Dibolehkan tidak
Puasa Ramadhan
a.
Orang sakit
Orang yang sakit, jika untuk
puasa tambah sakit, atau memperlambat kesembuhannya, maka dia boleh tidak puasa
Ramadhan. Tapi dia harus mengganti di hari lain setelah Ramadhan sebelum datang
Ramadhan berikutnya. Jika dia
mengganti sampai setelah melewati Ramadhan berikutnya maka dia harus membayar
fidyah (Bujairimi, 1999).
b.
Musafir
Yaitu orang yang bepergian
sejauh (80,640 Km) baik dia itu menginap atau tidak. Dia wajib mengganti puasa
yang ditinggalkannya di hari lain.
c.
Orang yang sudah lanjut usia
Orang yang sudah tidak kuasa
melakukan puasa boleh tidak puasa. Tapi dia harus membayar fidiyah (ganti) berupa
¾ liter makanan pokok tiap harinya dan diberikan kepada fakir miskin.
d.
Wanita hamil dan orang yang
menyusui
Wanita hamil dan menyusui
boleh tidak berpuasa, kalau dia tidak puasa karena dirinya tidak kuat, maka dia
harus mengganti puasanya di hari lain. Jika tidak puasa karena khawatir
anaknya, sedang dirinya kuat, maka disamping harus mengganti puasa di hari lain
dia harus membayar fidiyah pada fakir miskin.
e.
Orang yang kerja berat
Orang yang mempunyai pekerjaan berat dan benar-benar tidak kuat melaksanakan puasa, maka dia boleh tidak puasa dan menggantinya di hari lain.
Demikian
sedikit ulasan tentang puasa, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga
Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang terbaik bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar