Minggu, 04 Juni 2023

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
(Contoh teks lomba pidato)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته...
الحمد لله الذي أنهم بنعمة الايمان والأسلام، وتصلي ونسلم على خير الأنام سيدنا محمد وعلى آله وصحبه
أجمعين... أما بعد...


Puji syukur alhamdulilah, kita ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan anugerah-Nya, semoga kita selalu diberi ketetapan iman, islam dan ilmu yang bermanfaat di tengah tengah kehidupan yang semakin maju teknologi dan budayanya, namun semakin merosot akhlaq dan moralitasnya.

Sholawat serta salam, semoga tetap tersanjungkan kepada junjungan kita, panutan kita, revolusioner dunia Nabi agung Nabi Muhammad Saw., yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin yarobbalalamiin

Hadirin yang terhormat,
Dewan juri yang berbahagia......

Izinkan saya menyampaikan tausiyah khususnya buat diri saya pribadi dan umumnya buat kaum muslimin dan muslimat.

Marilah kita merenung sejenak, muhasabah sebentar, kita hadirkan nama seorang yang telah berjasa kepada kita semua, yang telah merawat kita semua, sejak kita masih bayi sampai kita dewasa, nama itu tiada lain adalah seorang “ibu”. Betapa besarnya jasa Beliau Ayah sebagai pendamping tidak luput dari peran yang sangat urgensi dalam situasi itu.

Hadirin yang dimulyakan oleh Allah
Sadar atau tidak sadar kita semua diwaktu kecil sangat menyita perhatian, waktu dan tenaga Beliau berdua, betapa waktu kecil kita ditimang timang, diayun ayun , di jaga dari segala macam penyakit, diselimuti waktu malam...dan Beliau berdua rela terjaga sepanjang malam untuk merawat kita, disaat kita sedang sakit... itulah pengorbanan orang tua kita.

Lantas apa yang kita berikan kepada Beliau berdua?

1. Jawabnya tiada lain adalah berbakti, mengabdi, membantu sekuat tenaga senyampang kita mampu, senyampang kita bisa, senyampang kita tenaga.....
Hal ini sesuai dengan tuntunan di agama kita “Islam Rohmatan Lil Alamain” sebab Allah sudah menjelaskan dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُما أَي وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ 23).

2. Berakhlaq yang baik kepada Beliau berdua
Dalam berinteraksi dengan orang tua, anak harus memperhatikan rambu-rambu etika yang disebut adab. Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazaliz, sekurang-kurangnya ada tujuh adab anak kepada orang tua sebagai berikut:

آداب الولد مع والديه: يسمع كلامهما. ويقوم لقيامهما ، ويمتثل لأمرهما، ويلبى دعوتهما، ويخفض لهما جناح الذل من الرحمة ولا يبرمهما بالالحاح، ولا يمن عليهما بالبر لهما، ولا بالقيام بأمرهما . ولا ينظرإليهما شزرا ولا يعصى لهما أمرًا.

1. Mendengarkan kata-kata orang tua
2. Berdiri ketika mereka berdiri
3. Mematuhi sesuai perintah-perintah mereka
4. Memenuhi panggilan mereka
5. Merendah kepada mereka dengan penuh kasih sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan
6. Tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka
7. Tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang perintah.

Dari kutipan diatas akan kami uraikan 3 adab anak kepada orang tua sebagai berikut:
Pertama, mendengarkan kata-kata orang tua. Setiap kali orang tua berbicara anak harus mendengarkan dengan baik terutama ketika orang tua berbicara serius memberikan nasihat. Jika anak bermaksud memotong pembicaraan, sebaiknya memohon izin terlebih dahulu. Jika memotong saja sebaiknya meninta izin, maka sangat tidak sopan ketika anak meminta orang tua berhenti berbicara hanya karena tidak menyukai nasihatnya. Tidak ada nasehat orang tua yang tidak baik, walaupun sangat pahit. Oleh karena itu... dengarkan... sekali lagi dengarkan...

Kedua, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka. Adapun perintah orang tua anak harus patuh kecuali perintahnya bertentangan dengan syariat Allah SWT. Atau perintah itu melebihi batas kemampuannya untuk dilaksanakan. Jika terjadi seperti ini , seorang anak harus mencoba kesopanan dengan memohon maaf dan memberikan alternatif lain yang sesuai dengan kemampuannya. Karena Ridho Allah tergantung ridho orang tua, murkanya Allah juga tergantung murkanya orang tua, orang tua seperti pepatah jawa, Pangeran Kathon ing Dunyo.

Ketiga, memenuhi panggilan mereka. Anak harus segera menjawab panggilan orang tua begitu mendengar suara orang tua memanggilnya, maka kita harus segera datang.

Dikisahkan dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. Dalam riwayat tersebut, Nabi Saw menceritakan:

لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي المَهْدِ إِلَّا ثَلاَثَةٌ: عِيسَى، وَكَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُ لٌ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ، كَانَ يُصَلِّي، جَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ، فَقَالَ: أُجِي بُهَا أَوْ أُصَلِّي، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ المُومِسَاتِ، وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ امْرَأَةٌ وَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، فَقَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ وَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فتَوَضَّأَ وَ صَلَّى ثُمَّ أَتَى الغُلاَمَ، فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ قَالَ: الرَّاعِي، قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ: لاَ، إِلَّا مِنْ طِينٍ

Artinya: “Tidak ada yang berbicara pada saat dalam buaian kecuali ada tiga: Pertama adalah Isa a.s. Kedua adalah bayi dalam kisah seorang pria dari Bani Israil bernama Juraij. Saat Juraij sedang shalat, ibunya datang memanggil. Dalam hatinya, Juraij berkata, ‘Apakah menjawab ibuku atau aku tetap shalat?’ Maka ibunya pun berdoa, ‘Ya Allah, jangan matikan dia sebelum dia melihat wanita pezina.’ Kala itu Juraij sedang berada di tempat ibadahnya. Suatu ketika, seorang wanita menawarkan dirinya. Ia mencoba menggoda. Namun, Juraij menolaknya. Akhirnya, wanita itu tidur dengan seorang pengembala kambing dan melampiaskan nafsu dengannya. Lahirlah seorang bayi. Saat ditanya bayi itu dari siapa, sang wanita pun menjawab, ‘Dari Juraij.’ Akibatnya, orang-orang pun mendatangi Juraij dan menghancurkan tempat ibadahnya. Mereka memerintahkan Juraij turun dan mencaci makinya. Melihat demikian, Juraij pun mengambil wudhu lalu shalat. Usai shalat, ia menemui sang bayi lantas bertanya, ‘Siapakah ayahmu, hai bayi?’ Tak dikira, bayi pun bisa menjawab, ‘Pengembala Kambing.’ Karena merasa salah tuduh , orang-orang Bani Israil berkata kepada Juraij, ‘Kami akan membangun tempat ibadahmu lagi dari emas.’ Namun Juraij menolak, ‘Jangan, dari tanah saja.’

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga kita semua mendapat rahmat dan berkah dihari hari mendatang.

والعفو منكم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ..



DITULIS ULANG OLEH:
SHOVI AULIA HUSNA

KELAS: 7D
POSISI: ANGGOTA REMAJA MASJID SNESA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...