Rabu, 13 April 2022

Memahami Ketentuan Zakat

 

Memahami Ketentuan Zakat

(Materi Bimbingan Zakat Fitrah)

Disampaikan pada kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H/2022 M SMPN 1 Ngunut

(tanggal 11-16 April 2022)

Oleh : Bpk. Ahmad Nasirudin, M.Pd.I


Pengantar

Zakat adalah rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Hukum zakat adalah wajib bagi setiap umat Islam yang mampu. Zakat adalah kewajiban individu (fardhu 'ain) yang dikeluarkan oleh semua muslim yang memiliki harta. Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, sesuai (Yusuf Qardhawi, 1995: 34). Dalil zakat tertulis dalam QS Al-Baqarah/2:43, :

 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

                                 

Artinya: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”

Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beragama Islam lalu mengerjakan shalat secara benar dan menunaikan zakat, mereka termasuk dalam orang-orang yang ruku’, yakni tergolong sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Zakat tersebut akan dikumpulkan oleh petugas zakat tertentu untuk kemudian diserahkan kepada golongan yang berhak atau membutuhkan. Seperti yang disebutkan pada salah satu ayat Al Quran berikut :

 

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

 

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS At Taubah : 103).

 

Golongan yang berhak menerima Zakat (asnaf)

a.       Fakir adalah golongan masyarakat yang nyaris tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan utama dalam hidupnya.

b.       Miskin adalah golongan masyarakat yang hartanya sangat sedikit tapi masih dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

c.       Amil adalah, orang-orang yang mengumpulkan zakat dan membagikannya kepada yang berhak.

d.       Mu'alaf adalah orang-orang yang baru memeluk agama Islam dan membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan kondisi hidupnya.

e.       Gharim adalah orang-orang yang memiliki utang untuk mencukupi kebutuhannya di mana kebutuhan tersebut halal tapi tidak sanggup untuk membayar utangnya tersebut.

f.        Fisabilillah adalah mereka yang berjuang di jalan Allah. Misalnya pendakwah, orang yang negaranya mengalami peperangan, dan lainnya.

g.       Ibnus Sabil adalah orang-orang yang mengalami kehabisan uang dalam perjalanannya.

h.       Riqob/hamba sahaya adalah budak atau orang-orang yang ingin memerdekakan dirinya.

 

Ketentuan Zakat Fitrah

Pengertian.

Zakat fitrah adalah zakat terhadap diri yang dilakukan sekali setahun yaitu saat bulan Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri dilangsungkan. Zakat ini wajib wajib hukumnya dilakukan oleh setiap kaum muslim laki-laki maupun perempuan, orang yang merdeka atau budak, anak kecil atau orang dewasa tanpa kecuali. Zakat fitrah bertujuan menyucikan jiwa.

 

Syarat Zakat Fitrah

Zakat fitrah hukumnya wajib ditunaikan bagi setiap muslim yang mampu. Besar zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebesar satu sha’ yang nilainya sama dengan 2,5 - 3 kilogram beras, gandum, kurma, sagu, dan sebagainya yang disesuaikan dengan konsumsi makanan pokok sehari-hari. Ketentuan ini didasarkan pada hadits sahih riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah telah mewajibkan membayar zakat fitrah satu sha’ kurma atau sha’ gandum kepada hamba sahaya, orang yang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa dari kaum muslim.

Syarat- syarat mengeluarkan zakat fitrah adalah sebagai berikut :

a.        Beragama Islam dan merdeka.

b.       Menemui dua waktu yaitu diantara bulan Ramadan dan Syawal meskipun hanya sesaat.

c.        Mempunyai harta yang lebih dari kebutuhannya sehari-hari untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya pada hari raya dan malamnya.

Sedangkan orang yang tidak wajib zakat fitrah adalah :

a.        Orang yang telah meninggal sebelum terbenamnya matahari pada akhir Ramadhan.

b.       Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhri Ramadhan.

c.        Orang yang baru saja memeluk agama Islam sesudah terbenamnya matahari pada akhir Ramadhan.

d.       Tanggungan istri yang baru saja dinikahi sesudah matahari terbenam pada akhir Ramadhan.

 

Waktu Membayar zakat Fitrah

Meskipun waktu yang terbaik mengeluarkan zakat sebelum shalat Idul Fitri, namun jika kemungkinan kita lupa ini akan berakibat menjadi haram jika terlewat dari batas waktu. Berikut uraian waktu- waktu untuk mengeluarkan zakat dengan tepat.

a.       Waktu harus adalah dari awal bulan sampai akhir bulan Ramadhan.

b.       Waktu wajib adalah setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.

c.       Waktu afdhal adalah waktu setelah melaksanakan sholat Subuh pada akhir Ramadhan sampai sebelum mengerjakan sholat Idul Fitri.

d.       Waktu makruh adalah saat melaksanakan sholat Idul Fitri sehingga sebelum terbenam pada hari raya Idul Fitri.

e.       Waktu haram adalah setelah terbenam matahari pada 1 Syawal.

 

Tata Cara Membayar Zakat Fitrah

Zakat fitrah dapat disalurkan melalui Amil Zakat. Selanjutnya dalam menunaikan zakat fitrah diawali dengan membaca niat sebagai berikut :


ﻧَﻮَﻳْﺖُ أَﻥْ أُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْسيْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

 

Nawaitu an ukhrija zakaatal fitri 'an nafsii fardho lillahi ta'ala

 

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri fardhu karena Allah ta'ala.

Keutamaan Menunaikan Zakat

Zakat dilakukan umat Islam sebagai perwujudan rukun Islam keempat. Selain itu, zakat juga memiliki berbagai manfaat seperti berikut:

a.       Mempererat tali persaudaraan dan mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.

b.       Membantu mengubah perilaku buruk seseorang sehingga menjadi lebih baik.

c.       Membersihkan harta dan menghindarkan seseorang dari sifat tamak terhadap harta benda.

d.       Sebagai salah satu cara umat Islam dalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT.

e.       Untuk memberikan dukungan moril kepada seorang mualaf.

f.        Untuk mengembangkan potensi di dalam diri umat Islam.

Demikian uraian singkat tentang zakat, semoga dapat bermanfaat.

 



Mehamami Pengertian Puasa Ramadhan, Syarat, Rukun, Hingga Hikmah Puasa Ramadhan

Mehamami Pengertian Puasa Ramadhan, Syarat, Rukun, Hingga Hikmah Puasa Ramadhan
Rangkuman Materi untuk Kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H

(11-16 April 2022)
Oleh : H. Imam Mahmudi, S.Pd, M.Pd.I




Dokumentasi Bapak H. Imam Mahmudi, S.Pd


Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam adalah suatu amalan ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan rukun tertentu.

Puasa dalam Islam juga sering disebut shaum yang merupakan salah satu ibadah yang telah dicontohkan oleh Rosululloh SAW.

Pengertian puasa Ramadhan selain menjaga hawa nafsu, juga wajib dilakukan oleh umat Islam. Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183 yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Jadi firman Allah SWT di atas menjelaskan bahwa melaksanakan puasa Ramadhan adalah wajib hukumnya, di mana hal tersebut adalah bentuk pertanggungjawaban manusia kepada penciptanya secara langsung serta kegiatan yang menyangkut hablum minallah.

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Setelah mengetahui Pengertian Puasa Ramadhan, berikut ini adalah syarat wajib untuk menjalankan puasa Ramadhan yang baik dan benar.

1. Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam

2. Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa

3. Mempunyai akal

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh

6. Suci dari haid dan nifas

7. Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan

Syarat wajib puasa Ramadhan di atas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa Ramadhan. Baligh atau telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu syaratnya, namun untuk anak-anak juga harus di ajari sejak dini untuk mulai berpuasa meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari amalan-amalan dalam puasa Ramadhan.

Rukun dan Sunnah Puasa Ramadhan

Setelah syarat wajib puasa Ramadhan telah terpenuhi, kamu harus melaksanakan rukun puasa sebagai berikut:

1. Niat

Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat doa puasa Ramadhan diucapkan sebelum fajar tiba. Beberapa hadist menjelaskan juga bahwa niat bisa diucapkan malam harinya sebelum sahur atau setelah sholat tarawih.

2. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain yang membatalkan puasa.

Hal yang Sunnah Ketika Berpuasa

Selain pengertian puasa Ramadhan, syarat, hingga rukunnya, kamu juga harus mengetahui sunnah-sunnah puasa Ramadhan agar amalan ibadahmu semakin besar. Berikut beberapa sunnah puasa Ramadhan.

1. Sahur

2. Segera berbuka saat waktu buka puasa

3. Membaca doa buka puasa

4. Berbuka dengan yang manis-manis

5. Memberi makan pada orang yang berbuka

6. Memperbanyak ibadah dan berderma, dan masih banyak lagi


Hal yang Makruh Saat Berpuasa

Makruh adalah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan.

1. Berbekam

2. Mengulum sesuatu di dalam mulut

3. Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan mencicipnya

4. Memakai wangi-wangian

5. Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari

6. Berkumur di luar kumur wudhu

Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa

Puasa terutama puasa Ramadhan memang wajib hukumnya, namun ada beberapa hal yang memperbolehkan kita untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa. Akan tetapi diwajibkan untuk mengeluarkan fidya atau mengganti puasa tersebut di lain hari.

1. Dalam perjalanan jauh

2. Orang tua berusia lanjut

3. Dalam keadaan sakit

4. Wanita menyusui dan hamil

Hikmah Puasa Ramadhan

1. Melatih kesabaran

2. Membentuk akhlaqul karimah

3. Mempengaruhi kondisi fisik menjadi sehat

4. Menimbulkan rasa syukur

5. Meningkatkan ketakwaan dalam diri seseorang

6. Membersihkan diri dari dosa-dosa-d

7. Membiasakan diri hidup hemat

Itulah beberapa hal mengenai puasa Ramadhan, mulai dari pengertian puasa Ramadhan hingga hikmah yang akan diberikan dan didapat ketika kita menjalankannya. Ramadhan adalah bulan suci yang sangat dinanti-nantikan karena memiliki beribu-ribu manfaat.

Jangan sampai kamu tidak melakukan kebaikan di bulan Ramadhan karena bulan kemenangan ini hanya datang setahun sekali.

Memahami Ketentuan Puasa

 

Memahami Ketentuan Puasa
Rangkuman Materi untuk Kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H SMPN 1 Ngunut
(11-16 April 2022)
Oleh : Nurul Hidayah, S.Ag

 

Pengertian.

Puasa dalam Bahasa Arab disebut shaumu, secara bahasa artinya “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan dari makan, minum, nafsu, amarah, mengumpat, bicara bohong dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut istilah hukum Islam puasa/shaumu adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa disertai niat dan beberapa syarat tertentu mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari. (Sulaiman Rasjid, 2007)

Allah SWT berfirman :

...وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ...

“...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” (Q.S. al-Baqarah : 187)

 

Rukun Puasa

Rukun puasa adalah sesuatu yang wajib (harus) ada atau harus dijalani ketika seseorang berpuasa, jika tidak ada ataupun tidak dijalani maka tidaklah sah puasa seseorang. Rukun puasa terdiri atas :

       1.            Niat. Niat puasa artinya sengaja melakukan puasa. Pada puasa Ramadhan niat dilakukan pada malam harinya. Sabda Rasullullah SAW :

مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامِ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ (رواه الخمسة)

“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tiada puasa baginya.” (H.R. al-Khamsah)

Menurut Ulama Syafi’iyyah niat puasa Ramadhan harus dilaksanakan pada tiap-tiap malam, tidak sah puasa seseorang jika tanpa melakukan niat pada malam hari menjelang puasa. (Hasbi Ash Shidiqy, 1954)

Sedangkan pada puasa sunnah niat puasa tidak wajib dilaksanakan pada malam hari, boleh berniat puasa pada pagi/siang hari (sebelum matahari condong ke barat) asalkan belum melakukan hal yang membatalkan puasa (makan, minum, dan sebagainya). (Sulaiman Rasjid, 2007)

       2.            Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Orang yang berpuasa diwajibkan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Syarat Wajib Puasa

Syarat wajib puasa merupakan syarat yang harus terpenuhi sebelum melakukan ibadah puasa, seseorang yang tidak memenuhi syarat wajib puasa, maka gugurlah tuntutan kewajiban puasa baginya. Syarat-syarat wajib puasa sebagai berikut :

a)       Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib puasa.

b)      Baligh, anak-anak yang belum baligh tidak wajib puasa.

c)       Berakal sehat, orang yang tidak berakal sehat (gila dan sebagainya) tidak wajib puasa.

d)      Mampu/kuat, orang yang tidak mampu (sebab karena sakit atau usia lanjut) tidak wajib puasa. Namun jika setelah Ramadhan orang tersebut (orang sakit yang telah sembuh) mampu untuk menjalankan puasa maka wajib mengganti puasanya sebanyak hari yang ia tinggalkan. Sedangkan jika sudah tidak mampu lagi berpuasa (karena sakitnya parah dan kecil kemungkinan untuk sembuh) maka mengganti puasanya dengan membayar fidyah.

Syarat Sah Puasa.

Syarat sah puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang agar puasanya sah. Syarat-syarat sah puasa sebagai berikut :

a)      Islam

b)      Mumayyiz, dapat membedakan hal yang baik dan hal yang buruk

c)       Suci dari darah haid (darah kotoran) dan nifas (darah setelah melahirkan), orang haid atau nifas tidak sah puasanya, dan ia wajib mengganti puasanya dihari lain.

d)      Pada waktu dibolehkan puasa. (Sulaiman Rasjid, 2007)

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang dapat membatalkan puasa seseorang diantaranya :

a)       Makan dan minum dengan sengaja (termasuk merokok), jika seseorang makan atau minum disiang hari karena lupa maka tidak membatalkan puasa.

b)      Muntah dengan sengaja

c)       Hubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan

d)      Keluar darah haid atau nifas

e)       Hilang akal, orang puasa hilang akalnya (sebab gila dan sejenisnya) maka batal puasanya, namun jika hanya hilang kesadaran (sebab tidur atau pingsan) tidak batal puasanya.

f)        Keluar air mani dengan sengaja, jika keluar mani tanpa sengaja (misalnya mimpi basah disiang hari) maka tidak membatalkan puasa.

g)       Murtad, keluar dari agama Islam (Sayyid Sabiq, 2005)

Amalan Sunnah saat Puasa

Beberapa amalan sunnah yang dapat menambah pahala orang puasa adalah sebagai berikut :

a)       Segera berbuka, jika telah yakin matahari sudah terbenam

b)      Berbuka dengan sesuatu yang manis, misalnya kurma jika ada

c)       Berdoa saat berbuka puasa

d)      Makan sahur pada akhir waktu, kira-kira 15 menit sebelum fajar

e)       Memberi menu berbuka bagi orang puasa

f)        Banyak bersedekah

g)       Banyak membaca al-Quran

 

Hal-hal yang dimakruhkan saat Puasa

Hal-hal yang dimakruhkan maksudnya adalah orang puasa boleh melakukannya, tapi seyogyanya meniggalkannya. Kalau dia dapat mencegah dapat pahala, kalau melakukannya tidak batal puasanya, diantaranya :

a)       Mencium bau-bauan. Baik itu bunga, minyak, obat, makanan, minuman dan sebagainya.

b)      Berbekam (menyedot darah) baik dengan cara tradisional maupun dengan cara modern.

c)       Mencicipi sesuatu. Baik makanan, minuman, dan lain-lain walau tidak ditelan.

d)      Mengunyah-unyah benda. Baik karet, kayu, pakaian dan lain-lain.

e)       Berkumur kumur setelah tergelincir matahari hingga maghrib.

Macam-macam Puasa

Puasa ada empat macam, yakni:

1.       Puasa wajib; Puasa Ramadhan, puasa Nadzar, puasa Kafarat

2.       Puasa sunnah; Puasa enam hari di Bulan Syawal, puasa ‘Arafah, puasa ‘asyura, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya

3.       Puasa makruh; Puasa sunnah yang dilakukan istri tanpa ijin suami, Puasa sunnah yang dilakukan seorang tamu tanpa ijin tuan rumah, Puasa seorang anak yang belum baligh tanpa seijin orang tuanya

4.       Puasa haram: Puasa pada hari raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal, Puasa pada hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, Puasa pada hari tasyrik 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (Sulaiman Rasjid : 2007)

Tingkatan Puasa

1.       Puasa Umum

Puasa yang dikerjakan (pada umumnya) untuk menggugurkan kewajiban yaitu menahan diri dari makan, minum serta hubungan suami istri.

2.       Puasa Khusus

Puasa yang dikerjakan oleh para sholihin, yaitu mengekang semua anggota badan dari segala perbuatan dosa (maksiat). Untuk mencapainya harus menguasai 5 hal, yaitu :

a.       Menjaga indra mata / pandangan dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

b.       Memelihara / menjaga lisan dari maksiat di antaranya : ghibah, dusta, adu domba, dst.

c.       Menjaga / menghindari jika terdengar hal-hal yang dilarang oleh agama.

d.       Menjaga anggota tubuh dari makan makanan yang bersifat syubhat ketika terbuka dan menjaga badan di siang hari maupun di malam hari.

e.       Tidak terlalu banyak makan saat berbuka

3.       Puasa Khawashul khawash

Puasa yang tidak hanya memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi saja.Tetapi memelihara dan mengekang hati dari tujuan hal-hal yang bersifat duniawi semata. Puasa ini hanya memikirkan Allah swt semata. Tingkatan puasa yang demikian jika memikirkan hal-hal selain Allah maka gugurlah puasanya. Puasa yang demikian ini biasa dilakukan / setingkat dengan puasa para nabi dan para shiddiqin, pada hakekatnya menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah semata (al-Ghazali, 2003)

Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilaksanakan oleh umat islam selama bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun islam. Umat islam mulai diwajibkan menjalankan puasa Ramadhan pada tahun kedua Hijriah.

Dasar Hukum

Salah satu dasar hukum pelaksanaan puasa Ramadhan adalah firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S. al-Baqarah : 183)

Penentuan Awal Puasa

Awal puasa Ramadhan dapat ditentukan melalui cara berikut :

a.       Dengan ru’yatul hilal artinya dengan melihat bulan tanggal 1 Ramadhan secara langsung atau dengan alat teropong.

b.       Dengan ilmu hisab atau perhitungan bulan oleh ahli falaq.

c.       Dengan menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari, apabila ru’yah terhalang (bulan tidak terlihat) (Bujairimi, 1999).

d.       Mendengarkan kabar yang mutawatir, yaitu kabar orang banyak yang tidak mungkin terjadi kebohongan.

1.      Orang yang Dibolehkan tidak Puasa Ramadhan

a.       Orang sakit

Orang yang sakit, jika untuk puasa tambah sakit, atau memperlambat kesembuhannya, maka dia boleh tidak puasa Ramadhan. Tapi dia harus mengganti di hari lain setelah Ramadhan sebelum datang Ramadhan berikutnya. Jika dia mengganti sampai setelah melewati Ramadhan berikutnya maka dia harus membayar fidyah (Bujairimi, 1999).

b.       Musafir

Yaitu orang yang bepergian sejauh (80,640 Km) baik dia itu menginap atau tidak. Dia wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di hari lain.

c.       Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang sudah tidak kuasa melakukan puasa boleh tidak puasa. Tapi dia harus membayar fidiyah (ganti) berupa ¾ liter makanan pokok tiap harinya dan diberikan kepada fakir miskin.

d.       Wanita hamil dan orang yang menyusui

Wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa, kalau dia tidak puasa karena dirinya tidak kuat, maka dia harus mengganti puasanya di hari lain. Jika tidak puasa karena khawatir anaknya, sedang dirinya kuat, maka disamping harus mengganti puasa di hari lain dia harus membayar fidiyah pada fakir miskin.

e.       Orang yang kerja berat

Orang yang mempunyai pekerjaan berat dan benar-benar tidak kuat melaksanakan puasa, maka dia boleh tidak puasa dan menggantinya di hari lain.

Demikian sedikit ulasan tentang puasa, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang terbaik bagi kita semua.



 

 

PERTEMUAN RUTIN EKSTRA KURIKULER REMAJA MASJID BAITUL MUTTAQIEN SNESA (PERKENALAN DENGAN KAKAK MAHASISWA DARI UNIVERSITAS BHINEKA)

  PERTEMUAN RUTIN EKSTRA KURIKULER REMAJA MASJID BAITUL MUTTAQIEN SNESA (PERKENALAN DENGAN KAKAK MAHASISWA DARI UNIVERSITAS BHINEKA)  ...