Rabu, 13 April 2022

Memahami Ketentuan Puasa

 

Memahami Ketentuan Puasa
Rangkuman Materi untuk Kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H SMPN 1 Ngunut
(11-16 April 2022)
Oleh : Nurul Hidayah, S.Ag

 

Pengertian.

Puasa dalam Bahasa Arab disebut shaumu, secara bahasa artinya “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan dari makan, minum, nafsu, amarah, mengumpat, bicara bohong dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut istilah hukum Islam puasa/shaumu adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa disertai niat dan beberapa syarat tertentu mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari. (Sulaiman Rasjid, 2007)

Allah SWT berfirman :

...وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ...

“...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” (Q.S. al-Baqarah : 187)

 

Rukun Puasa

Rukun puasa adalah sesuatu yang wajib (harus) ada atau harus dijalani ketika seseorang berpuasa, jika tidak ada ataupun tidak dijalani maka tidaklah sah puasa seseorang. Rukun puasa terdiri atas :

       1.            Niat. Niat puasa artinya sengaja melakukan puasa. Pada puasa Ramadhan niat dilakukan pada malam harinya. Sabda Rasullullah SAW :

مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامِ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ (رواه الخمسة)

“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tiada puasa baginya.” (H.R. al-Khamsah)

Menurut Ulama Syafi’iyyah niat puasa Ramadhan harus dilaksanakan pada tiap-tiap malam, tidak sah puasa seseorang jika tanpa melakukan niat pada malam hari menjelang puasa. (Hasbi Ash Shidiqy, 1954)

Sedangkan pada puasa sunnah niat puasa tidak wajib dilaksanakan pada malam hari, boleh berniat puasa pada pagi/siang hari (sebelum matahari condong ke barat) asalkan belum melakukan hal yang membatalkan puasa (makan, minum, dan sebagainya). (Sulaiman Rasjid, 2007)

       2.            Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Orang yang berpuasa diwajibkan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Syarat Wajib Puasa

Syarat wajib puasa merupakan syarat yang harus terpenuhi sebelum melakukan ibadah puasa, seseorang yang tidak memenuhi syarat wajib puasa, maka gugurlah tuntutan kewajiban puasa baginya. Syarat-syarat wajib puasa sebagai berikut :

a)       Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib puasa.

b)      Baligh, anak-anak yang belum baligh tidak wajib puasa.

c)       Berakal sehat, orang yang tidak berakal sehat (gila dan sebagainya) tidak wajib puasa.

d)      Mampu/kuat, orang yang tidak mampu (sebab karena sakit atau usia lanjut) tidak wajib puasa. Namun jika setelah Ramadhan orang tersebut (orang sakit yang telah sembuh) mampu untuk menjalankan puasa maka wajib mengganti puasanya sebanyak hari yang ia tinggalkan. Sedangkan jika sudah tidak mampu lagi berpuasa (karena sakitnya parah dan kecil kemungkinan untuk sembuh) maka mengganti puasanya dengan membayar fidyah.

Syarat Sah Puasa.

Syarat sah puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang agar puasanya sah. Syarat-syarat sah puasa sebagai berikut :

a)      Islam

b)      Mumayyiz, dapat membedakan hal yang baik dan hal yang buruk

c)       Suci dari darah haid (darah kotoran) dan nifas (darah setelah melahirkan), orang haid atau nifas tidak sah puasanya, dan ia wajib mengganti puasanya dihari lain.

d)      Pada waktu dibolehkan puasa. (Sulaiman Rasjid, 2007)

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang dapat membatalkan puasa seseorang diantaranya :

a)       Makan dan minum dengan sengaja (termasuk merokok), jika seseorang makan atau minum disiang hari karena lupa maka tidak membatalkan puasa.

b)      Muntah dengan sengaja

c)       Hubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan

d)      Keluar darah haid atau nifas

e)       Hilang akal, orang puasa hilang akalnya (sebab gila dan sejenisnya) maka batal puasanya, namun jika hanya hilang kesadaran (sebab tidur atau pingsan) tidak batal puasanya.

f)        Keluar air mani dengan sengaja, jika keluar mani tanpa sengaja (misalnya mimpi basah disiang hari) maka tidak membatalkan puasa.

g)       Murtad, keluar dari agama Islam (Sayyid Sabiq, 2005)

Amalan Sunnah saat Puasa

Beberapa amalan sunnah yang dapat menambah pahala orang puasa adalah sebagai berikut :

a)       Segera berbuka, jika telah yakin matahari sudah terbenam

b)      Berbuka dengan sesuatu yang manis, misalnya kurma jika ada

c)       Berdoa saat berbuka puasa

d)      Makan sahur pada akhir waktu, kira-kira 15 menit sebelum fajar

e)       Memberi menu berbuka bagi orang puasa

f)        Banyak bersedekah

g)       Banyak membaca al-Quran

 

Hal-hal yang dimakruhkan saat Puasa

Hal-hal yang dimakruhkan maksudnya adalah orang puasa boleh melakukannya, tapi seyogyanya meniggalkannya. Kalau dia dapat mencegah dapat pahala, kalau melakukannya tidak batal puasanya, diantaranya :

a)       Mencium bau-bauan. Baik itu bunga, minyak, obat, makanan, minuman dan sebagainya.

b)      Berbekam (menyedot darah) baik dengan cara tradisional maupun dengan cara modern.

c)       Mencicipi sesuatu. Baik makanan, minuman, dan lain-lain walau tidak ditelan.

d)      Mengunyah-unyah benda. Baik karet, kayu, pakaian dan lain-lain.

e)       Berkumur kumur setelah tergelincir matahari hingga maghrib.

Macam-macam Puasa

Puasa ada empat macam, yakni:

1.       Puasa wajib; Puasa Ramadhan, puasa Nadzar, puasa Kafarat

2.       Puasa sunnah; Puasa enam hari di Bulan Syawal, puasa ‘Arafah, puasa ‘asyura, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya

3.       Puasa makruh; Puasa sunnah yang dilakukan istri tanpa ijin suami, Puasa sunnah yang dilakukan seorang tamu tanpa ijin tuan rumah, Puasa seorang anak yang belum baligh tanpa seijin orang tuanya

4.       Puasa haram: Puasa pada hari raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal, Puasa pada hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, Puasa pada hari tasyrik 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (Sulaiman Rasjid : 2007)

Tingkatan Puasa

1.       Puasa Umum

Puasa yang dikerjakan (pada umumnya) untuk menggugurkan kewajiban yaitu menahan diri dari makan, minum serta hubungan suami istri.

2.       Puasa Khusus

Puasa yang dikerjakan oleh para sholihin, yaitu mengekang semua anggota badan dari segala perbuatan dosa (maksiat). Untuk mencapainya harus menguasai 5 hal, yaitu :

a.       Menjaga indra mata / pandangan dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

b.       Memelihara / menjaga lisan dari maksiat di antaranya : ghibah, dusta, adu domba, dst.

c.       Menjaga / menghindari jika terdengar hal-hal yang dilarang oleh agama.

d.       Menjaga anggota tubuh dari makan makanan yang bersifat syubhat ketika terbuka dan menjaga badan di siang hari maupun di malam hari.

e.       Tidak terlalu banyak makan saat berbuka

3.       Puasa Khawashul khawash

Puasa yang tidak hanya memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi saja.Tetapi memelihara dan mengekang hati dari tujuan hal-hal yang bersifat duniawi semata. Puasa ini hanya memikirkan Allah swt semata. Tingkatan puasa yang demikian jika memikirkan hal-hal selain Allah maka gugurlah puasanya. Puasa yang demikian ini biasa dilakukan / setingkat dengan puasa para nabi dan para shiddiqin, pada hakekatnya menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah semata (al-Ghazali, 2003)

Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilaksanakan oleh umat islam selama bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun islam. Umat islam mulai diwajibkan menjalankan puasa Ramadhan pada tahun kedua Hijriah.

Dasar Hukum

Salah satu dasar hukum pelaksanaan puasa Ramadhan adalah firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S. al-Baqarah : 183)

Penentuan Awal Puasa

Awal puasa Ramadhan dapat ditentukan melalui cara berikut :

a.       Dengan ru’yatul hilal artinya dengan melihat bulan tanggal 1 Ramadhan secara langsung atau dengan alat teropong.

b.       Dengan ilmu hisab atau perhitungan bulan oleh ahli falaq.

c.       Dengan menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari, apabila ru’yah terhalang (bulan tidak terlihat) (Bujairimi, 1999).

d.       Mendengarkan kabar yang mutawatir, yaitu kabar orang banyak yang tidak mungkin terjadi kebohongan.

1.      Orang yang Dibolehkan tidak Puasa Ramadhan

a.       Orang sakit

Orang yang sakit, jika untuk puasa tambah sakit, atau memperlambat kesembuhannya, maka dia boleh tidak puasa Ramadhan. Tapi dia harus mengganti di hari lain setelah Ramadhan sebelum datang Ramadhan berikutnya. Jika dia mengganti sampai setelah melewati Ramadhan berikutnya maka dia harus membayar fidyah (Bujairimi, 1999).

b.       Musafir

Yaitu orang yang bepergian sejauh (80,640 Km) baik dia itu menginap atau tidak. Dia wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di hari lain.

c.       Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang sudah tidak kuasa melakukan puasa boleh tidak puasa. Tapi dia harus membayar fidiyah (ganti) berupa ¾ liter makanan pokok tiap harinya dan diberikan kepada fakir miskin.

d.       Wanita hamil dan orang yang menyusui

Wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa, kalau dia tidak puasa karena dirinya tidak kuat, maka dia harus mengganti puasanya di hari lain. Jika tidak puasa karena khawatir anaknya, sedang dirinya kuat, maka disamping harus mengganti puasa di hari lain dia harus membayar fidiyah pada fakir miskin.

e.       Orang yang kerja berat

Orang yang mempunyai pekerjaan berat dan benar-benar tidak kuat melaksanakan puasa, maka dia boleh tidak puasa dan menggantinya di hari lain.

Demikian sedikit ulasan tentang puasa, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang terbaik bagi kita semua.



 

 

Selasa, 12 April 2022

Bulan Ramadhan : Memperbaiki Adab dan Akhlak

 

Bulan Ramadhan : Memperbaiki Adab dan Akhlak

Rangkuman Materi Bimbingan Akhlak untuk Kegiatan Pondok Ramadhan 1443 H

(11-16 April 2022)
Oleh : Muhamad Yasin, M.Pd

 

Pengantar

Islam merupakan agama yang sempurna. Agama yang mengajarkan semua hal yang berkaitan tentang kehidupan ini, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan nafsu dan akal. Islam memberikan warna dan keindahan kepada kehidupan seseorang, sehingga menjadi tuntunan utama untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dalam Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baiknya orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. Bukhari)

Dengan adab dan akhlak mulia, setiap orang berharap pada hari kiamat timbangan kebaikannya akan lebih berat daripada timbagan kejelekannya sebagaimana hadist Rasulullah SAW berikut ini : “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian, sebagai siswa/pelajar yang menggeluti ilmu pengetahuan seyogyanya memiliki adab dan akhlak yang baik. Karena tidak sedikit dari kita yang mempelajari suatu ilmu namun lupa untuk mempelajari adab dan akhlak seorang penuntut ilmu. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mempelajari dan memahami adab dan akhlak sebelum mempelajari ilmu.

Mengenal Kembali Ramadhan

Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, keutamaan, dan ampunan. Ramadhan adalah bulan di mana amal dilipatgandakan sehingga manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan. Ramadhan adalah bulan di mana diwajibkan puasa selama sebulan penuh. Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, sebuah kitab yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya yang menjadi pegangan hidup untuk seluruh umat manusia. Sehingga Ramadhan menjadi kesempatan besar untuk seluruh umat Islam untuk mempelajari dan membaca Al-Qur’an.

Mempelajari Adab dan Akhlak dengan Pendekatan Al-Quran

Ada banyak hal yang bisa dipelajari di dunia ini, namun tidak ada hal yang lebih menarik dan lebih bermanfaat melainkan mempelajari Al-Qur’an, mengingat bahwa sekarang kita berada di bulan-bulan penuh keberkahan. Maka, ini merupakan saat yang tepat untuk mempelajari Al-Qur’an, walaupun pada dasarnya mempelajari Al-Qur’an tidak kenal waktu dan tempat. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits Shohih)

Sungguh hati yang bersih itu tidak akan pernah puas untuk mendengarkan Al-Qur’an, pertanyaannya adalah, apakah kita siap untuk mengambil fadhilah atau keuntungan dari bulan yang berkah ini? Oleh karena itu, di bulan Ramadhan ini kita memperbanyak membaca Al-Qur’an dan belajar memahami isi kandungan Al-Qur’an.

Memperbaiki Akhlak di Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan merupakan jalan untuk menyiapkan diri untuk mencapai ketakwaan kepada Allah dalam keadaan apa pun, serta wahana menanamkan kesabaran, usaha sungguh-sungguh, dan kemampuan menghadapi kesulitan. Mengapa akhlak penting?

Akhlak merupakan soko guru kelangsungan umat. Bahkan, mencontohkan dan menyempurnakan adab dan akhlak manusia adalah tugas utama Rasullullah SAW , sesuai sabda beliau : “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.”

Enam pelajaran penting yang ditanamkan melalui ibadah puasa.

Pertama, puasa menanamkan sikap manusia untuk 'takut kepada Allah'.

Pengertiannya ialah komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam keadaan diketahui orang banyak dan sendirian alias ikhlas. Dalam puasa seseorang meyakini dan merasakan bahwa Allah memantau seluruh apa yang dilakukan seseorang sehingga seseorang akan malu melanggar yang diperintah dan melakukan apa yang dilarang. Keyakinan ini memengaruhi akhlak seseorang sehingga ia tidak akan khianat atau zalim terhadap orang lain, makan atau mengambil harta dengan tidak halal, menyakiti orang lain, atau perbuatan tercela atau merugikan orang lain.

 

Kedua, puasa menanamkan kemampuan pengendalian diri yang tecermin dalam sikap.

Sikap orang yang berpuasa akan :

1)       Mampu membatasi gerak nafsu dan mengarahkan nafsu sesuai ketentuan syar’i,

2)       Mampu mengendalikan diri, tidak dendam, tidak memandang dirinya sebagai orang yang harus diperlakukan khusus atau istimewa,

3)       Mampu berprestasi bukan untuk mengejar perhatian orang lain,

4)       Berhati-hati dalam membuat suatu pilihan dan tidak mengambil risiko di luar kemampuan dirinya,

5)       Mengontrol emosi, tidak berucap, dan bertindak yang mengakibatkan keburukan bagi orang lain.

Ketiga, puasa menanamkan kasih sayang

Sikap orang yang berpuasa penuh dengan rasa kasih sayang. Sudah seharusnya orang yang berpuasa mampu memperlakukan orang lain dengan baik, bersahabat, penuh perhatian dan memahami perasaan orang lain (empati), serta peduli terhadap mereka yang mengalami kesulitan dalam kehidupan.

Keempat, puasa menanamkan kesabaran.

Islam mengajarkan umatnya berperilaku sabar, artinya tangguh mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta tabah menghadapi musibah, juga orang sabar adalah mereka yang tahan banting dan tidak mengenal putus asa dalam mengajak dan menebarkan kebajikan.

Kelima, puasa menanamkan keimananan dan ketaqwaan.

Orang yang berpuasa akan mampu :

1)       Berpegang teguh kepada akidah dan secara kukuh hanya mengabdi kepada Allah (keimanan)

2)       Taat dan menjalankan perintah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama (ketaqwaan).

Keimanan dan ketaqwaan menggunakan ilmu sebagai dasar amaliah dan konsisten antara ucapan dan perbuatan.

Keenam, puasa menanamkan pengendalian diri.

Kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan mengedepankan akhlak mulia merupakan ukuran ketakwaan seseorang.

Penutup

Aneh apabila selama Ramadan kita rajin berbuat baik, baik dalam hubungan kita dengan Allah maupun hubungan kita dengan sesama manusia. Namun, hal tersebut berakhir ketika Ramadan telah pergi. Karena sebenarnya Ramadan datang untuk mendidik kita agar hidup dan berakhlak baik sepanjang masa dalam kondisi apa pun.

Semoga Allah menerima amalan baik kita di bulan Ramadhan yang suci mulia ini.

Muhamad Yasin, M.Pd Pengisi materi Bimbingan Akhlak dalam Pondok Ramadhan SMP Negeri 1 Ngunut 11-14 April 2022 M/1443H



Jumat, 25 Maret 2022

MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN

 

MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN

Firman Allah dalam QS Al Baqarah 185

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:185)." 


Abu Maryam Kautsar Amru dalam buku berjudul Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan menjelaskan beberapa amalan yang dapat dilakukan menjelang bulan Ramadhan. Diantaranya adalah :

      1.            Membayar Utang Puasa.

Membayar utang puasa yang telah lalu adalah persiapan yang paling penting dan wajib dilakukan dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Terlebih bagi wanita yang biasanya berhalangan puasa karena masa haid. Utang puasa dapat diganti sepanjang tahun hingga bulan Syaban. Untuk itu, hendaklah melunasi utang puasa sebelum berakhirnya Syaban.

      2.            Memperbanyak Puasa Sunnah pada Bulan Syaban.

Bulan Syaban adalah waktu terbaik untuk puasa sunnah. Sebulan sebelum Ramadhan, Rasulullah SAW banyak melakukan puasa di waktu ini. Imam Baihaqi menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Waktu-waktu Penuh Berkah: Khazanah Islam Klasik, dikatakan bahwa Rasulullah SAW berpuasa hampir sebulan penuh di bulan Syaban.
Abu Salamah RA menceritakan: "Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang puasa Rasulullah SAW. Ia menjawab, 'Rasulullah SAW berpuasa sampai-sampai kami berkata, Beliau benar-benar berpuasa dan beliau juga tidak berbuka sampai-sampai kami berkata, Beliau benar-benar telah berbuka. Dan aku tidak pernah melihat Beliau berpuasa pada bulan Syaban. Yakni, Beliau SAW berpuasa pada bulan tersebut hampir semuanya (sebulan penuh)." (HR. Muslim, Nasa'i, dan Ahmad).

Mengenai puasa tersebut, Imam Syafi'i menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW berpuasa (hampir) sebulan penuh pada bulan Syaban, yakni hanya beberapa hari saja Beliau Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa.

      3.            Memperbanyak Baca Al Quran.

Amalan yang dapat dilakukan menjelang Ramadhan lainnya adalah memperbanyak dan belajar membaca Al Quran. Dalam kitab Lathoiful Ma'arif Ii Ibni Rojab, disebutkan bahwa Amru bin Qois Al Mala-I ketika memasuki bulan Syaban, Beliau menutup tokonya lalu memfokuskan diri untuk membaca Al Quran.

      4.            Membekali Diri dengan Ilmu-ilmu tentang Puasa Ramadhan.

Menjelang Ramadhan, umat Islam dapat membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang berkaitan tentang puasa Ramadan. Beberapa di antaranya adalah masalah hukum, tata cara, dan berbagai aturan syariat yang berkaitan dengan puasa. Selain itu, dapat pula mempelajari tentang keutamaan-keutamaan di bulan Ramadan dan cara untuk mendapatkannya sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.

      5.            Berdoa agar Dipertemukan dengan Bulan Ramadhan.

Amalan lainnya adalah memperbanyak doa agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadan. Disebutkan dalam buku ini, diriwayatkan oleh sebagian ulama salaf, mereka berdoa kepada Allah SWT selama enam bulan menjelang Ramadan dan lima bulan setelahnya agar amalannya diterima. Berdoa ini juga menjadi salah satu bentuk pengharapan seorang hamba agar dapat berjumpa dengan bulan penuh keberkahan supaya bisa banyak beramal di bulan tersebut.




      6.            Menata Niat.

Umat Islam juga dapat mempersiapkan niat dan kondisi hati dengan bergembira menyambut datangnya Ramadan. Ini merupakan konsekuensi yang logis apabila telah mengetahui kemuliaan dan berlimpahnya ampunan Allah pada bulan suci ini.

      7.            Melakukan Rukyatul Hilal jika Mampu dan Memiliki Ilmunya.

Selain ketujuh amalan di atas, di sejumlah tempat, umat Islam akan mengunjungi makam sebelum Ramadhan yang biasa disebut ziarah kubur. Ziarah kubur ini dilakukan sebagai pengingat akan kematian dan meningkatkan rasa zuhud.

Selain hal tersebut di atas ada beberapa hal yang juga bisa kita lakukan untuk menyambut datangnya Ramadhan yaitu :

·         Memperkuat iman.

·         Memperkuat fisik dan mental

·         Mempersiapkan amal dan materi

·         Membersihkan lingkungan sekitar

·         Mengharap dosa kita diampuni

·         Mempersiapkan perlengkapan ibadah

·         Memperbanyak berbuat baik

·         Saling memaafkan

·         Merasa gembira menyambut kedatangannya

Demikian diantara beberapa hal yang bisa kita persiapkan menjelang datangnya bulan Ramadhan. Semoga Allah memanjangkan umur kita sampai Ramadhan selesai, dan berbuatlah seolah – olah Ramadhan tahun ini adalah kesempatan terakhir kita untuk bertemu dengannya sehingga kita akan berusaha untuk beramal sebanyak-banyaknya dan menjalankan puasa dengan sebaik mungkin.

PERTEMUAN RUTIN EKSTRA KURIKULER REMAJA MASJID BAITUL MUTTAQIEN SNESA (PERKENALAN DENGAN KAKAK MAHASISWA DARI UNIVERSITAS BHINEKA)

  PERTEMUAN RUTIN EKSTRA KURIKULER REMAJA MASJID BAITUL MUTTAQIEN SNESA (PERKENALAN DENGAN KAKAK MAHASISWA DARI UNIVERSITAS BHINEKA)  ...