MATERI AKHLAKUL KARIMAH (PEMBENTUKAN KARAKTER)PONDOK RAMADHAN SMP NEGERI 1 NGUNUT 1445 H / 2024 M.(18 -23 MARET 2024)Oleh : Mahasiswa Magang UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung Program Studi Pendidikan Agama Islam.·
Fradilla Aprllia N·
Nailil Muna·
Muh. Ilham
PERBEDAAN ANTARA ADAB DENGAN AKHLAK.
Adab merupakan
ekspresi yang lahir dari watak manusia. Ia hanyalah
perangkat lahiriyah semata, tidak lebih dan bisa didapatkan melalui proses
pembelajaran. Sedangkan akhlak berarti sesuatu yang melekat pada jiwa manusia
yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses
pemikiran pertimbangan atau penelitian. Dari keterangan di atas, dapat kita tarik
beberapa kesimpulan di antaranya, bahwa akhlak bertalian erat dengan jiwa manusia.
Sedang adab berkaitan dengan aktivitas fisik. Selainitu, akhlak memiliki karakter
yang tak lekang waktu. Ia tak akan mengalami perubahan hingga kapan pun.
Sementara adab dapat berubah kapan saja. Akhlak juga tidak terkontaminasi oleh tempat.
Jauh berbeda dengan adab.
Pembagian akhlak berdasarkan sifatnya ada dua.
·
Akhlakul Mahmudah yaitu
akhlak yang terpuji atau bisa disebut Akhlakul Karimah yaitu akhlak yang mulia.
·
Akhlakul Mazhmumah yaitu
akhlak yang tercela.
Contoh akhlak tercela
yang biasa dijumpai sehari hari berkata kasar, sombong, adu domba, gibah,
dendam, bohong, syirik, murtad dan sebagainya. Sedangkan contoh akhlakul karimah
diantaranya: ridha kepada Alah SWT, cinta dan beriman kepada Allah SWT, beriman
kepada malaikat, kitab, rasul, hari akhir, takdir, taat beribadah, selalu menepati
janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah
(menerima terhadap pemberian Allah SWT), tawakal (berserah diri), sabar,
syukur, tawadhu’ (rendah hati), dan segala perbuatan yang baik menurut pandangan
Al-Qur’an dan Hadits.
Kita sebagai
umat muslim di akhir zaman tentunya sangat banyak godaan dari sana-sini untuk menggoyahkan
akidah kita, menggoyahkan perilaku dan akhlak kita. Kebiasaan ikut ikutan juga merupakan
hal yang harus diperhatikan. Karena harus bisa memilih mana yang bisa ditiru dan
mana yang harus ditinggalkan. Namun, sebagai umat islam kita memiliki contoh suri
tauladan yang baik yaitu Rasulullah SAW.
KISAH UWAIS AL QARNI
Pada zaman
Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bernama Uwais al-Qorni. Nama lengkapnya adalah
Abu Amr bin Amir bin Juz’i bin Malik Al- Qorni Al-Muradi Al-Yamani. Qaran adalah
salah satu marga dari suku Arab yang bernama Murad. Iadilahirkan di Qaran,
sebuah desa terpencil dekat Nejed. Uwais Al-Qorni bekerja sebagai pengembala kambing,
hasil kerjanya hanya cukup untuk menopang kehidupannya yang sangat sederhana. Uwais
hidup bersama ibunya yang sangat ia hormati ayahnya sudah meninggal ketika Uwais
masih kecil. Kesehariannya lebih banyak diisi dengan tilawah al-Qur‟an dan bertafakur
menyendiri bersama hewan gembalaannya sedangkan pada malam harinyaUwais bermunajat
kepada Allah.
Uwais
al-Qorni adalah orang yang sangat patuh kepada Allah dan Rasul, selain itu kecintaan
dan ketaatannya kepada ibunya pun sangat luar biasa. Walaupun berpenyakit sopak
sejak lahir, dia sangat memperhatikan ibunya yang sudah uzur dan lumpuh. Dia tidak
pernah meninggalkan ibunya sendirian ditengah kondisi lumpuh dan buta. Suatu saat
Uwais al-Qorni terlambat pulang dan ibunya bertanya kepadanya: “Mengapa kau terlambat
pulang nak?”, Uwais menjawab “Aku sedang melaksanakan ibadah kepada Allah agar
dapat menikmati taman surga, kemudian datanglah seseorang yang menyampaikan kepadaku
surge itu ada di bawah telapak kaki ibu”. Oleh karena itu Uwais mengetahui bahwa
hak ibunya ada pada dirinya, maka dirawatlah ibunya dengan baik.
Suatu
ketika ibunya berkata kepada Uwais, “ Wahai
anakku, mungkin ibu tak lama lagi akan bersamamu. Sungguh hati ibu sangat ingin
menunaikan haji, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji.”
Mendengar
permintaan ibunya Uwais al-Qorni pun termenung dan memikirkan bahwa perjalanan dari
Yaman menuju Makkah sangatlah jauh dan ia tidak memiliki biaya. Uwais pun terus
berfikir dan mencari solusi untuk dapat mewujudkan permintaan ibunya. Kemudian Uwais
membeli seekor anak sapi dan membuatkan kandangnya di atas bukit, setiap pagi ia
menggendong anak sapi itu naik turun bukit. Kelakuan Uwais memang sangat aneh,
sampai masyarakat Yaman mengira bahwa Uwais telah gila. Semakin hari anak sapi itu
semakin besar, maka semakin besar pula tenaga yang dibutuhkan Uwais untuk menggendong
anak sapi itu. Namun karena dilakukan setiap hari maka beratnya anak sapi itu tidak
terasa lagi oleh Uwais al-Qorni. Setelah beberapa waktu berlalu, tibalah waktunya
musim haji dan berat anak sapi itu sudah mencapai 100 kg, begitu juga otot Uwais
yang makin kuat. Ternyata barulah diketahui maksud Uwais menggendong anak sapi setiap
hari adalah latihan untuk menggendong ibunya melaksanakan haji. Uwais menggendong
ibunya dari Yaman menuju Mekkah, ia rela melakukan perjalanan jauh dan sulit
demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya thawaf di Ka’bah ibunya terharu
dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak
berdoa.“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu
?” tanya sang ibu keheranan. Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu,
maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunia
untuknya, Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya hanya tertinggal
bulatan putih di tengkuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar