BIRRUL WALIDAIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : ITTASIL LADUN ADKIYAK
Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
Mengajar PAI
dan Budi Pekerti di SMPN 1 Ngunut
A.
Pengertian Birrul Walidain
Birrul
walidain merupakan
amal baik yang memiliki tingkatan yang sangat tinggi. Karena orang tua-lah yang
mengasuh, membesarkan, yang mendidik dan yang menghidupi anak_anaknya. Oleh
sebab itu seorang anak tidak mampu membalas jasa kedua orang tuanya, baik itu
dari segi materi maupun non materi.
Salah
satu usaha dalam memperoleh ridha Allah dan rahmat-Nya bagi seorang anak yaitu
dengan cara berbakti kepada kedua orang tuanya. Dengan ini dapat dipahami bahwa
jika seorang anak ingin dicintai Allah, ingin mendapatkan ridha dan rahmat-Nya,
maka seorang anak berkewajiban berbuat baik kepada keduanya dengan
menggembirakan hati keduanya.
Dengan
demikian birrul walidain merupakan taat, ta’zhim, hormat kepada kedua orang
tua, menunaikan hak-haknya serta melakukan hal-hal yang membuat mereka berdua
senang dengan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka. Semua ini merupakan suatu
ketetapan agama yang harus dilakukan selagi tidak menyangkut hal-hal yang
terlarang dalam ketaatan terhadap orang tuanya.
B.
Kedudukan Birrul Walidain
Birrul
walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan
Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat agung dan tinggi,
sehingga berbuat baik pada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat rendah dan
hina.
Betapa
susah dan payahnya orang tua saat mengandung, mendidik dan memelihara serta
mengurusi segala keperluan semasa anaknya belum dewasa, karena itu perintah
untuk birrul walidain ditempatkan dalam urutan kedua setelah perintah beribadah
kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’/4: 36
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا
بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An-Nisa’: 36)
Ayat
di atas menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang tua, Allah SWT mengurutkan
perintah berbuat baik pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. “Berlaku
hormat dan khidmat, cinta dan kasih. Inilah yang kedua sesudah taat kepada
Allah, sebab dengan perantaraan kedua beliaulah Allah telah memberimu nikmat
yang besar, yaitu sempat hidup di dalam dunia ini”. Hal ini menunjukkan betapa
agungnya berbuat baik pada kedua orang tua. Sesuatu yang diurutkan dengan perintah
bertauhid tentu hal itu sesuatu yang sangat penting.
Anak
adalah turunan dari darah orang tua yang terikat jiwa dan raganya. Tak seorang
pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu terbentuk dalam hubungan dengan
emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku. Meskipun
suatu saat ayah dan ibu sudah bercerai karena suatu sebab, tetapi hubungan
antara orang tua dan anak tidak pernah terputus. Bapak tetap orang tua yang
wajib dihormati, lebih-lebih lagi ibu yang telah melahirkan dan membesarkan.
Berbakti
kepada kedua orang tua lebih didahulukan daripada jihad fii sabilillah. Karena
itu, kedudukan birrul walidain lebih didahulukan dari pada amalan yang
kedudukannya lebih rendah daripada jihad. Ia lebih didahulukan dari pada
bepergian tetapi bukan bepergian yang wajib seperti bepergian untuk menjalankan
haji wajib, namun bila bepergian untuk melaksanakan umrah maka berbakti kepada
kedua orang tua lebih didahulukan.
Sungguh
benar jika sering dikatakan bahwa “kasih orang tua itu sepanjang masa,
sementara kasih anak hanya sesaat saja”. Ini bukan hanya sekedar sebuah pepatah
yang tak berarti, tetapi sebuah kenyataan yang melukiskan betapa kasih sayang
kedua orang tua tidak ada batasannya meskipun pengorbanan yang mereka keluarkan
tak akan pernah bisa dibeli dengan materi.
Jika
kedua orang tua meridhai anaknya maka hidupnya itu akan menjadi berkah,
sebaliknya perbuatan buruk dan perilaku tercela seorang anak terhadap orang
tuanya akan mendatangkan malapetaka bagi hidupnya. Sebagai sebuah perintah, taat
kepada orang tua adalah sebuah ibadah yang menyimpan banyak pahala. Allah
menyediakan surga bagi mereka yang mau berbakti kepada kedua orang tua dan
Allah menyediakan tempat penyiksaan khusus yaitu neraka bagi mereka yang
durhaka kepada orang tuanya, bukan itu saja kedurhakaan juga akan mengakibatkan
kesengsaraan hidup ketika di dunia. Karena itulah menurut Islam, kepatuhan
kepada kedua orang tua bersifat wajib.
C. Bentuk-bentuk Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua
Kecintaan
orang tua kepada seorang anak tidak terukur besarnya. Apa yang dilakukan oleh
orang tua semuanya semata-mata demi kebaikan anaknya, maka dari itu anak
berkewajiban untuk berbakti kepada keduanya. Sebanyak apapun seorang anak
berusaha untuk membalas jasa orang tuanya tidak akan mampu seorang anak
membalasnya bahkan mengimbangi kebaikan orang tua saja tidak bisa.
Berikut ini
adalah bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua:
1. Berbicaralah
kepada kedua orang tua dengan penuh santun, janganlah mengatakan pada keduanya:
Ah! Jangan membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
mulia.
2. Ta’atilah kedua
orang tua anda dalam perkara yang bukan berupa kemaksiatan kepada Allah, karena
tidak boleh taat kepada makhluk dalam perbuatan maksiat kepada Allah.
3. Lemah lembut
terhadap kedua orang tua anda. Janganlah bermuka masam kepada keduanya.
Janganlah memandang keduanya dengan pandangan sinis dan marah.
4. Janganlah duduk
di tempat yang lebih tinggi dari keduanya dan janganlah berjalan di hadapannya.
5. Janganlah pergi
bersafar jika keduanya tidak mengizinkan. Walaupun pergi untuk urusan penting.
Jika terpaksa pergi maka mintalah maaf kepada keduanya dan janganlah memutuskan
hubungan surat-menyurat dengan keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar