SEJARAH DAN TRADISI MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Oleh : Siti Mudalivah
Mahasiswa UIN Sayyid Ali Ramatullah Tulungagung
Mengajar PAI dan Budi Pekerti di
SMPN 1 Ngunut
Apa yang kamu ketahui tentang Maulid Nabi Muhammad SAW ? Tentu banyak yang
mengetahui tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, namun lebih baiknya kita mengupas
lebih banyak mengenai perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW di
muka bumi ini. Seperti kebanyakan yang dituliskan pada buku-buku pelajaran,
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah atau 570
Masehi, tepatnya pada hari Senin di kota Makkah
Pada tahun 1443 H ini, tanggal 12 Rabi’ul Awwal bertepatan pada tanggal 19
Oktober 2021. Sehingga kebanyakan masyarakat muslim memperingati pada tanggal
tersebut. Namun, banyak juga yang memperingati sebelum tanggal 12 Rabi’ul Awwal
atau bahkan sesudah tanggal tersebut. Asalkan masih dalam masa bulan Rabi’ul
Awwal.
Hal ini merupakan kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna
di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia. Ekspresi
kecintaan umat Islam di Indonesia
diwujudkan dengan berbagai macam acara seperti pembacaan Barzanji
(Riwayat Hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba
baca Al-Qur’an, lomba adzan, lomba shalawat, dan sebagainya.
Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad merupakan putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan
Aminah binti Wahab. Abdullah sang ayah dari Nabi Muhammad SAW merupakan seorang
pedagang yang sering bepergian ke Negeri Syam. Namun, disaat istrinya Siti Aminah
tengah mengandung Nabi Muhammad SAW, Abdullah meninggal dunia. Sehingga, Nabi
Muhammad SAW lahir tanpa seorang ayah atau disebut sebagai anak yatim.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir , sudah menjadi kebiasaan yang melekat di
masyarakat Arab untuk menyusukan bayi yang baru lahir kepada wanita-wanita
pedesaan. Hal ini supaya si bayi bisa tumbuh di lingkungan yang udaranya masih
bersih. Begitupun dengan sang Nabi, beliau disusukan kepada seorang wanita dari
Bani Sa’ad bernama Halimah binti Abu Dzu’aib.
Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Halimah selama kurang lebih 4 tahun, saat
itu Halimah sangat menyayangi Nabi dan menganggap sebagai anaknya sendiri. Saat
itu pula, Halimah mendapatkan keberkahan yang luar biasa ketika mengasuh sang
Nabi.
Setelah berumur 5 tahun, Nabi Muhammad SAW sudah tinggal bersama ibu dan
kakeknya bernama Abdul Muthallib. Suatu hari, ketika Nabi berusia 6 tahun, beliau
diajak ibunya untuk berkunjung ke makam sang ayah bersama Halimah dan Ummu
Aiman. Setelah perjalanan dari makam dan hendak menuju pulang ke Makkah, di
tengah perjalanan Siti Aminah jatuh sakit. Sehingga rombongan tersebut harus
singgah di perkampungan bernama Al-Abwa’. Di perkampungan tersebut, ibunya
meninggalkan Nabi untuk selama-lamanya dan dimakamkan di kampung tersebut.
Setelah itu, Nabi diasuh oleh sang kakek selama 2 tahun dan dilanjutkan oleh
sang paman bernama Abu Thalib.
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, menurut catatan Tsauri
dalam sejarah Maulid Nabi (2015), perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh
masyarakat Muslim di bangsa Arab sejak tahun kedua hijriyah. Saat itu,
Khaizuran (170 H/786 M) merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan
al-Rasyid yang merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga
khalifah dinasti Abbasiyah, datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk
mengadakan perayaan untuk kelahiran Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Setelah
dari Madinah, Khaizuran berkunjung ke Makkah dan memberi perintah kepada
penduduk Makkah untuk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW di
rumah-rumah mereka. Karena Khaizuran merupakan sosok yang mempunyai pengaruh
besar pemerintahan, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Hal
ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad SAW
bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya. Inti dari inti
dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad SAW kepada
setiap generasi. Karena dengan mengenal maka akan ada pintu untuk umat Islam
bisa mencintai Nabinya.
Nilai dan Makna Maulid Nabi Muhammad SAW
Dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW juga memiliki nilai dan makna
tersendiri, yaitu:
1.
Pertama, nilai spiritual. Dengan adanya peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW akan menumbuhkan rasa cinta dan lebih mengenal Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, dengan mengungkapkan kegembiraan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW
merupakan bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatan terhadap Nabi sang
pembawa rahmat bagi seluruh alam. Begitu juga dengan kegembiraan yang dirasakan
oleh Abu Jahal ketika Nabi lahir, rasa kegembiraan itulah yang dapat mengurangi
siksa kubur yang ia jalani setiap hari Senin. Bagaimana jika umat Islam yang
mempunyai rasa tersebut dibarengi dengan keimanan? Tentunya akan membuat kita
semakin dekat dan mengenal kepada beliau.
2.
Kedua, nilai moral. Begitu banyak akhlak terpuji yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW, dengan mengingat kisah teladan yang dialami oleh Nabi, dan kita
tiru dalam kehidupan sehari-hari. Maka, dalam kegiatan Maulid Nabi, sering kali
kita mendapat nasehat dan wejangan dari para ulama di pengajian agar kita
selalu dalam tuntunan dan bimbingan agama.
3.
Ketiga, nilai sosial dan persatuan. Adanya kegiatan Maulid Nabi, maka warga
akan mengadakan berbagai acara yang diadakan secara beramai-ramai seperti
pengajian, majlis maulid, barzanji, dan lain sebagainya. Dengan begitu maka
akan saling mempererat tali silaturahmi, menjunjung nilai sosial dan memperkuat
hubungan persatuan.
Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah menjadi tradisi budaya bagi
masyarakat muslim di Indonesia dalam mengekspresikan rasa cintanya kepada sang
baginda Nabi. Masyarakat Jawa misalnya, merayakan maulid nabi dengan membaca
manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’,
Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain. Selesai membaca manakib Nabi Muhammad SAW,
masyarakat biasanya menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara
gotong royong oleh warga. Masyarakat muslim tidak hanya bergembira merayakan
kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur akan teladan, bimbingan, dan tuntunan
yang dibawa oleh Nabi.
Berbeda dengan masyarakat Jawa, di Sulawesi Selatan masyarakat muslim
merayakan maulid dengan cara yang unik. Perayaan Maulid ini dinamakan Maudu
Lompoa atau Maulid Akbar. Maudu Lompoa berarti Maulid Besar atau lebih dikenal
sebagai puncak peringatan Maulid. Bahkan perayaannya lebih ramai dari Hari Raya Idul Fitri. Dalam perayaan ini, warga mengarak replika perahu pinisi yang
dihias beraneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai. Setelah
dipamerkan, replika perahu sepanjang lima meter tersebut diangkat dan diarak
warga keliling desa. Sepanjang acara, tabuhan gendang atau seni musik Gandra
Bulo khas masyarakay lokal terus terdengar. Di dalam perahu, disimpan makanan
nasi ketan khas makassar atau biasa disebut Songkolo dan dihias telur
berwarna-warni. Sajian makanan ini melambangkan bahtera yang membawa berkah
bagi mayarakat. Setelah prosesi arak selesai, makanan ini dipersembahkan dalam
puncak Maudu Lompoa di Baruga, yang dipimpin oleh pemimpin ritual yang biasa
disebut Sayye. Secara historis, perayaan Maudu Lompoa ini melambangkan sejarah
masuknya agama Islam di wilayah selatan pulau Sulawesi yang dibawa oleh
pedagang Arab.
Selain itu,
beberapa daerah lain juga memiliki tradisi masing –masing dalam memperingati
kelahiran Nabi Muhammad SAW, seperti masyarakat Madura juga mempunyai tradisi
Muludhen, masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado, Warga Kudus mempunyai
tradisi Kirab Ampyang, dan sebagian masyarakat lain menggunakan tradisi Grebeg
Maulud.
Sekian dari
yang dapat kita sampaikan, Semoga bermanfaat ! Selamat Memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW Tahun 1443 H