Sabtu, 08 Oktober 2016

Khutbah Jumat Snesa : 7 GOLONGAN YANG MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI ALLAH DI HARI KIAMAT

Khutbah Jumat tanggal 30 September 2016 di Masjid Baitul Muttaqien SMPN 1 Ngunut bertema 7 Golongan yang Mendapat Perlindungan Allah SWT di Hari Qiamat. Disampaikan oleh bpk Ahmad Nasirudin, M.Pd.I.
Berikut ulasan dari khutbah beliau :

7 Golongan Yang Mendapat Perlindungan Allah Di Hari Akhir.

Setiap manusia yang hidup pasti akan mati, dan kembali ke alam Akhir. Maka tidak ada yang bisa menyelamatkan kita selain amal perbuatan kita sendiri. Hendaknya kita meningkatkan kwalitas ketaqwaan dengan semakin merasa takut melanggar segala larangan-Nya dan menta’ati semua perintah-NYa. Hanya taqwalah yang mampu menghantarkan kita kepada kesuksesan mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Berdasarkan  hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra disebutkan ada 7 Golongan Yang Mendapat Perlindungan Allah Di Hari Akhir.

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : Pertama, Pemimpin yang adil.  Kedua, Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.  Ketiga, Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.  Keempat, Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.  Kelima, Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.  Keenam, Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.  Ketujuh, Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”  (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Penjelasan dari hadits tersebut :
Pertama imamun adilun. Pemimpin yang adil.
Yang dimaksud dengan Imam yaitu seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja, presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin. Yang dimaksud adil yaitu seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allâh Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya.
Keadilan seorang imam yaitu dengan menegakkan kalimat Tauhid di muka bumi dan menyingkirkan segala perbuatan syirik, dan melaksanakan hukum-hukum Allâh Azza wa Jalla, sebab kezhaliman yang paling zhalim adalah perbuatan menyekutukan Allâh padahal Allâh-lah yang menciptakannya.
Pemimpin memiliki pengaruh yang besar. Keputusannya mempengaruhi kehidupan masyarakat dan negaranya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan akan membawa musibah dan kebenarannya akan membawa rahmah. Keadilan bukanlah perkara yang susah karena sesungguhnya keadilan selalu hadir di dalam hati yang paling kecil, hanya saja manusia sering mengabaikannya. Pura-pura tidak mendengarkan bila si hati kecil berbicara. Keadila semakin mudah terlaksana apabila ditemani dengan kesederhanaan.
Kisah sahabat Umar bin Abdul Aziz ketika menerima tamu di rumahnya menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Tidak hanya bagi pemimpin formal tetapi bagi semua manusia. Suatu malam ketika Umar sedang sibuk bekerja di ruangannya, datanglah teman lama sebagai tamu. Umarpun menyapa dan menanya. “Engkau kesini mau berbicara urusan apa, soal pribadi atau soal Negara?” Tamu itu menjawab. “Soal pribadi”. Umarpun beranjak untuk mematikan lampu penerang ruangan. Tamu itu agak bingung, ia pun bertanya “Tuanku mengapa engkau padamkan lampu, bukankah kita ingin berbincang” Umar menjawab ” Sedari tadi aku berkeja diruangan ini untuk Negara, karena itu aku gunakan lampu sebagai penerangnya, nah sekarang kita berbincang soal pribadi, maka aku padamkan lampu itu, karena lampu itu dibelanjakan dengan uang rakyat, sedangkan perbincangan kita kali ini bersifat pribadi”.
Perlu diwaspadai bahwa pemimpin itu banyak godaan dan cobaan. Terutama rayuan akan gemerlap harta dan dunia. Maka dari itu kesuksesan seseorang menjadi pemimpin yang adil adalah garansi keamanan dari Allah SWT di hari kiamat kelak.  Namun juga sebaliknya, bila pemimpin tidak amanah maka Allah akan membalasnya. Demikian keterangan yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim hadist dari Ma’qil bin Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah seorang hamba diberikan oleh Allah untuk mengurusi perkara rakyat kemudian dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan surga atas dirinya“.

Kedua, Pemuda yang tekun beribadah kepada Allah.
Pemuda adalah harapan. Harapan agama dan Negara. Sungguh beban pemuda sangatlah berat. Bukan itu saja, perlu difahami pula bahwa masa depan negara juga tergantung di tangan pemuda.  Pemuda menjadi penting karena pemuda adalah penguasa masa depan. Pada umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang di saat mudanya ia justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .


Ketiga ,  Rajulun qalbuhu muallaqun fil masajid.
Lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Masjid sebagai rumah Allah harus menjadi sumber inspirasi. Inspirasi untuk memajukan ummat. Orang yang selalu memikirkan masjid berarti mereka juga memikirkan masyarakat masjid, masyarakat muslim yang selalu menjalankan perintah Allah lima kali setiap hari. Orang yang demikian akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT kelak di hari akhir. Masjid menjadi pelajaran demokrasi yang berharga. Siapapun orangnya yang datang di akhir akan mendapatkan tempat di belakang dan yang datang dipermulaan akan mendapatkan shaf awal. Tanpa ada pengecualian.
Masjid dan umat bisa diibaratkan bagaikan ikan dan air yang tak terpisahkan. Umat yang menjauhi masjid seperti ikan yang menjauhi air, akan segera mati. Maka siapapun yang berusaha mengairi ikan bearti ia telah memberi kehidupan pada air itu, dan siapapun yang menghidupkan masjid maka Allah akan menghidupinya.

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ فَعَسَى أُوْلاَئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, memnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. At Taubah 18
Demikianlah jaminan yang diberikan Allah kepada mereka yang selalu memikirkan masjid sebagaimana keterangan sebuah hadits Dari Abi Darda’ ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Masjid adalah rumah untuk setiap orang yang bertaqwa. Allah akan memberikan jaminan bagi orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan ruh, rahmat dan bisa melewati sirath dengan selamat menuju ridha Allah yang menyampaikannya ke dalam surga”.
Kata rajulun (seorang laki-laki) disini hanya terbatas pada laki-laki saja karena perempuan tidak diperintahkan untuk meramaikan masjid-masjid Allâh, dalam artian untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Namun dianjurkan bagi para wanita Muslimah untuk melaksanakan shalat di rumah mereka, sedangkan bagi laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Wanita muslimah shalat di rumah-rumah mereka lebih baik daripada di masjid, akan tetapi apabila mereka meminta izin kepada suami untuk shalat di masjid, maka suami hendaknya mengizinkannya dengan ketentuan tidak menimbulkan fitnah. Pakaiannya harus menutup seluruh tubuh dan tidak memakai parfum (wangi-wangian).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kalian melarang isteri-isteri dan perempuan (untuk datang) ke masjid, dan rumah-rumah mereka itu lebih baik bagi mereka.

Dalam hadits yang lain, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kalian melarang para wanita (shalat) di masjid Allâh, akan tetapi hendaklah mereka keluar dalam keadaan tidak memakai parfum

Keempat, Dua orang yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan berpisah karena Allah. Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.
.
Kelima, Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur-an, yaitu kisah Nabi Yûsuf Alaihissallam . Beliau Alaihissallam diajak oleh seorang isteri penguasa pada waktu itu untuk berzina, namun beliau Alaihissallam menolaknya. Allâh Azza wa Jalla melarang seseorang mendekati perbuatan zina.
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi pada diri seorang perempuan hal serupa dan dia berani menolaknya, sungguh Allah mengamankan dia di hari kamat. Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata: “Apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita ?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “Betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “Apakah Allah tidur dan tidak melihat kita ?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan berkata : “Iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “Jika Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena malu dan kemudian pergi. Setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah . Subhaanallah.

Keenam,  Lelaki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya. Itulah yang dimaksud dengan ikhlas. Mengerjakan sesuatu tanpa ada embel-embelnya.

Firman Allah :
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allâh akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allâh Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” [Al-Baqarah/2:271]

Mengenai keikhlasan Imam Ibnu Rusyd berkata :  bahwa sesuatu yang dilakukan karena Allah maka akan sangat sempurna dan barang siapa melakukan sesuatu karena yang lain maka akan binasa. Artinya binasa adalah sia-sia amalnya.
Menyembunyikan sedekah dalam Islam memiliki keutamaan, yaitu dapat menjauhkan diri dari sifat riya’. Maka sangat dianjurkan untuk bershadaqah dalam keadaan sepi dan sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan. Namun pada saat-saat tertentu diperlukan memberikan sedekah secara terang-terangan, misalkan di suatu tempat didapati orang-orang yang sangat sulit untuk bersedekah, maka dianjurkan untuk memulainya secara terang-terangan agar menjadi contoh bagi mereka.
Sedekah wajib dilakukan dengan ikhlas, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya. Orang yang riya’ dalam beramal, baik ketika memberikan sedekah maupun yang lainnya, maka amalannya itu tidak bernilai di sisi Allâh Azza wa Jalla . Yaitu jika dia ingin dilihat orang, ingin didengar, atau dia mengungkit-ungkit amalan yang dilakukannya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla .

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَاْلأَذَىكَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَآءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابُُ فَأَصَابَهُ وَابِلُُ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allâh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu. [Al-Baqarah/2:264]

Maksud dari seseorang yang menyembunyikan shadaqah yang dilakukan dengan tangan kanannya dari tangan kirinya adalah orang ini bersungguh-sungguh dalam menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya, meskipun dekat dengan tangan kanan (padahal berada dalam satu tubuh), tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya dalam sedekahnya tersebut. Namun bagi para isteri dianjurkan meminta izin kepada suaminya jika ingin bershadaqah.

Ketujuh, Rajulun dzakarallaha khaliyan fa fadhat ainahu.
Maknanya adalah orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis. Yaitu, seorang laki-laki yang mengingat Allâh atau berdzikir kepada-Nya, berdzikir dengan hati dan lisannya, dan dalam keadaan sepi lalu air matanya mengalir. Penyebutan rajulun (seorang laki-laki) bukan pembatasan karena ini juga berlaku bagi kaum wanita. Jika seorang Muslimah mengalir air matanya tatkala berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla di kala sepi, maka ia berhak atas naungan Allâh Azza wa Jalla di hari Kiamat.
Penyebutan syarat dalam keadaan sepi di sini karena di saat itu sangat jauh dari perbuatan riya’. Tentang mengalir air matanya karena takut kepada Allâh terdapat beberapa keutamaan, di antaranya tidak disentuh oleh api Neraka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allâh dan mata yang bergadang karena menjaga peperangan di jalan Allâh.

Semoga kita termasuk yang mendapatkan perlindungan dari Allah kelak di akhirat. Amin.
.
Pelajaran – pelajaran yang dapat diambil :
1. Seorang imam atau pemimpin harus adil dan memperhatikan rakyatnya.
2. Keutamaan anak muda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak berbuat maksiat kepada-Nya serta tidak berbuat kejahatan, begitu juga wanita.
3. Wajib mendidik anak-anak dalam taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan mengajarkan tauhid kepada mereka dan akhlak yang mulia.
4. Keutamaan orang yang selalu datang ke masjid dan hatinya selalu bergantung kepadanya untuk berzikir kepada Allâh Azza wa Jalla dan menegakkan shalat berjama’ah.
5. Wajib bagi laki-laki shalat berjama’ah di masjid, sementara bagi kaum wanita, rumah merupakan tempat shalat terbaik mereka.
6. Hati seorang Muslim selalu rindu untuk ibadah di masjid.
7. Cinta yang sebenarnya, dilakukan di jalan Allâh dan semata-mata karena Allâh Azza wa Jalla .
8. Wajib menutup jalan yang membawa kepada perzinaan.
9. Keutamaan menjaga diri dan berpaling dari perbuatan zina karena takut kepada Allâh Azza wa Jalla .
10. Berzina adalah perbuatan keji, dosa besar dan sejelek-jelek jalan.
11. Keutamaan sedekah yang tersembunyi jauh dari perbuatan riya’.
12. Keutamaan merasa diawasi oleh Allâh Azza wa Jalla dan takut kepada Allâh Azza wa Jalla disaat sendirian.
13. Keutamaan menangis karena takut kepada Allâh Azza wa Jalla.
14. Keutamaan berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla ketika sendirian.
15. Bahwa pahala itu tergantung dari keikhlasan dalam beramal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...