Khutbah Jumat tanggal 30 September 2016 di Masjid Baitul Muttaqien SMPN 1 Ngunut bertema 7 Golongan yang Mendapat Perlindungan Allah SWT di Hari Qiamat. Disampaikan oleh bpk Ahmad Nasirudin, M.Pd.I.
Berikut ulasan dari khutbah beliau :
7 Golongan Yang Mendapat
Perlindungan Allah Di Hari Akhir.
Setiap manusia yang hidup pasti akan mati, dan kembali ke
alam Akhir. Maka tidak ada yang bisa menyelamatkan kita selain amal perbuatan
kita sendiri. Hendaknya kita meningkatkan kwalitas ketaqwaan dengan semakin
merasa takut melanggar segala larangan-Nya dan menta’ati semua perintah-NYa.
Hanya taqwalah yang mampu menghantarkan kita kepada kesuksesan mengarungi
kehidupan dunia dan akhirat. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra disebutkan
ada 7 Golongan Yang
Mendapat Perlindungan Allah Di Hari Akhir.
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan
Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : Pertama, Pemimpin yang adil. Kedua, Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan
‘ibadah kepada Rabbnya. Ketiga, Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. Keempat, Dua orang yang saling mencintai
karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali
karena Allah. Kelima,
Lelaki yang diajak
(berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia
berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Keenam, Orang yang bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya. Ketujuh,
Orang yang berdzikir
kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena
menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
Penjelasan dari
hadits tersebut :
Pertama, imamun
adilun. Pemimpin yang adil.
Yang
dimaksud dengan Imam yaitu seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja,
presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin. Yang dimaksud adil yaitu
seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allâh Azza wa Jalla
dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas
dan tidak menyia-nyiakannya.
Keadilan
seorang imam yaitu dengan menegakkan kalimat Tauhid di muka bumi dan
menyingkirkan segala perbuatan syirik, dan melaksanakan hukum-hukum Allâh Azza
wa Jalla, sebab kezhaliman yang paling zhalim adalah perbuatan menyekutukan
Allâh padahal Allâh-lah yang menciptakannya.
Pemimpin memiliki pengaruh yang besar. Keputusannya mempengaruhi kehidupan
masyarakat dan negaranya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan akan membawa
musibah dan kebenarannya akan membawa rahmah. Keadilan bukanlah perkara yang
susah karena sesungguhnya keadilan selalu hadir di dalam hati yang paling
kecil, hanya saja manusia sering mengabaikannya. Pura-pura tidak mendengarkan
bila si hati kecil berbicara. Keadila semakin mudah terlaksana apabila ditemani
dengan kesederhanaan.
Kisah sahabat Umar bin Abdul Aziz ketika menerima tamu di rumahnya menjadi
sebuah pelajaran yang berharga. Tidak hanya bagi pemimpin formal tetapi bagi
semua manusia. Suatu malam ketika Umar sedang sibuk bekerja di ruangannya,
datanglah teman lama sebagai tamu. Umarpun menyapa dan menanya. “Engkau kesini
mau berbicara urusan apa, soal pribadi atau soal Negara?” Tamu itu menjawab.
“Soal pribadi”. Umarpun beranjak untuk mematikan lampu penerang ruangan. Tamu
itu agak bingung, ia pun bertanya “Tuanku mengapa engkau padamkan lampu,
bukankah kita ingin berbincang” Umar menjawab ” Sedari tadi aku berkeja
diruangan ini untuk Negara, karena itu aku gunakan lampu sebagai penerangnya,
nah sekarang kita berbincang soal pribadi, maka aku padamkan lampu itu, karena
lampu itu dibelanjakan dengan uang rakyat, sedangkan perbincangan kita kali ini
bersifat pribadi”.
Perlu diwaspadai bahwa pemimpin itu banyak godaan dan cobaan. Terutama
rayuan akan gemerlap harta dan dunia. Maka dari itu kesuksesan seseorang
menjadi pemimpin yang adil adalah garansi keamanan dari Allah SWT di hari
kiamat kelak. Namun juga sebaliknya,
bila pemimpin tidak amanah maka Allah akan membalasnya. Demikian keterangan
yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim hadist
dari Ma’qil bin Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah seorang hamba diberikan
oleh Allah untuk mengurusi perkara rakyat kemudian dia mati dalam keadaan
menipu rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan surga atas dirinya“.
Kedua, Pemuda yang
tekun beribadah kepada Allah.
Pemuda adalah harapan. Harapan
agama dan Negara. Sungguh beban pemuda sangatlah berat. Bukan itu saja, perlu
difahami pula bahwa masa depan negara juga tergantung di tangan pemuda. Pemuda menjadi penting karena pemuda adalah
penguasa masa depan. Pada
umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan,
kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang di
saat mudanya ia justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza
wa Jalla. Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .
Ketiga , Rajulun
qalbuhu muallaqun fil masajid.
Lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Masjid sebagai rumah
Allah harus menjadi sumber inspirasi. Inspirasi untuk memajukan ummat. Orang
yang selalu memikirkan masjid berarti mereka juga memikirkan masyarakat masjid,
masyarakat muslim yang selalu menjalankan perintah Allah lima kali setiap hari.
Orang yang demikian akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT kelak di hari
akhir. Masjid menjadi pelajaran demokrasi yang berharga. Siapapun orangnya yang
datang di akhir akan mendapatkan tempat di belakang dan yang datang dipermulaan
akan mendapatkan shaf awal. Tanpa ada pengecualian.
Masjid dan umat bisa diibaratkan bagaikan ikan dan air yang tak terpisahkan.
Umat yang menjauhi masjid seperti ikan yang menjauhi air, akan segera mati.
Maka siapapun yang berusaha mengairi ikan bearti ia telah memberi kehidupan
pada air itu, dan siapapun yang menghidupkan masjid maka Allah akan
menghidupinya.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ
مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى
الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ فَعَسَى أُوْلاَئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ
الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, memnunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. QS. At Taubah 18
Demikianlah jaminan yang diberikan Allah kepada mereka yang selalu
memikirkan masjid sebagaimana keterangan sebuah hadits Dari Abi Darda’ ra dia
berkata: Rasulullah saw bersabda: Masjid adalah rumah untuk setiap orang yang
bertaqwa. Allah akan memberikan jaminan bagi orang yang menjadikan masjid
sebagai rumahnya dengan ruh, rahmat dan bisa melewati sirath dengan selamat
menuju ridha Allah yang menyampaikannya ke dalam surga”.
Kata rajulun
(seorang laki-laki) disini hanya terbatas pada laki-laki saja karena perempuan
tidak diperintahkan untuk meramaikan masjid-masjid Allâh, dalam artian untuk
melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Namun dianjurkan bagi para wanita
Muslimah untuk melaksanakan shalat di rumah mereka, sedangkan bagi laki-laki
diwajibkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Wanita muslimah
shalat di rumah-rumah mereka lebih baik daripada di masjid, akan tetapi apabila
mereka meminta izin kepada suami untuk shalat di masjid, maka suami hendaknya
mengizinkannya dengan ketentuan tidak menimbulkan fitnah. Pakaiannya harus
menutup seluruh tubuh dan tidak memakai parfum (wangi-wangian).
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kalian melarang
isteri-isteri dan perempuan (untuk datang) ke masjid, dan rumah-rumah mereka
itu lebih baik bagi mereka.
Dalam hadits yang lain, Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
Janganlah kalian melarang para wanita (shalat) di masjid Allâh, akan
tetapi hendaklah mereka keluar dalam keadaan tidak memakai parfum
Keempat, Dua orang
yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan berpisah karena
Allah. Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan
benci karena Allah.
.
Kelima, Lelaki yang
diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu
dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur-an, yaitu kisah Nabi Yûsuf
Alaihissallam . Beliau Alaihissallam diajak oleh seorang isteri penguasa pada
waktu itu untuk berzina, namun beliau Alaihissallam menolaknya. Allâh Azza wa
Jalla melarang seseorang mendekati perbuatan zina.
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi pada diri seorang perempuan hal serupa
dan dia berani menolaknya, sungguh Allah mengamankan dia di hari kamat. Dan
terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah akan
berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang lelaki
mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama kemudian semua orang
mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum tidur, kemudian lelaki itu
mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk berbuat keji karena semua orang telah
tidur, maka wanita itu berkata: “Apakah engkau yakin semua orang sudah tidur
dan tidak ada yang akan melihat kita ?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan
bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “Betul semua
orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “Apakah Allah tidur dan tidak
melihat kita ?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan
berkata : “Iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “Jika Allah
melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku
dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal
saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan Allah”, maka lelaki itu menutup
mukanya karena malu dan kemudian pergi. Setahun kemudian terdengar kabar bahwa
telah wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya
ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat
tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu
yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah .
Subhaanallah.
Keenam, Lelaki yang bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan
kanannya. Itulah yang dimaksud dengan ikhlas. Mengerjakan sesuatu tanpa ada
embel-embelnya.
Firman Allah :
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ
فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن
سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Jika kamu menampakkan
sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan
memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allâh
akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allâh Maha teliti apa yang
kamu kerjakan.” [Al-Baqarah/2:271]
Mengenai keikhlasan Imam Ibnu Rusyd berkata : bahwa sesuatu yang
dilakukan karena Allah maka akan sangat sempurna dan barang siapa melakukan
sesuatu karena yang lain maka akan binasa. Artinya binasa adalah sia-sia amalnya.
Menyembunyikan sedekah dalam Islam memiliki
keutamaan, yaitu dapat menjauhkan diri dari sifat riya’. Maka sangat dianjurkan
untuk bershadaqah dalam keadaan sepi dan sembunyi-sembunyi, tidak
terang-terangan. Namun pada saat-saat tertentu diperlukan memberikan sedekah
secara terang-terangan, misalkan di suatu tempat didapati orang-orang yang
sangat sulit untuk bersedekah, maka dianjurkan untuk memulainya secara
terang-terangan agar menjadi contoh bagi mereka.
Sedekah wajib dilakukan dengan ikhlas, sebagaimana
ibadah-ibadah lainnya. Orang yang riya’ dalam beramal, baik ketika memberikan
sedekah maupun yang lainnya, maka amalannya itu tidak bernilai di sisi Allâh
Azza wa Jalla . Yaitu jika dia ingin dilihat orang, ingin didengar, atau dia
mengungkit-ungkit amalan yang dilakukannya, maka amalan itu tidak akan diterima
oleh Allâh Azza wa Jalla .
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ
تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَاْلأَذَىكَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَآءَ
النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابُُ فَأَصَابَهُ وَابِلُُ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ
يَقْدِرُونَ عَلَى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allâh dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan;
dan Allâh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu.
[Al-Baqarah/2:264]
Maksud dari
seseorang yang menyembunyikan shadaqah yang dilakukan dengan tangan kanannya
dari tangan kirinya adalah orang ini bersungguh-sungguh dalam menyembunyikan
sedekahnya hingga tangan kirinya, meskipun dekat dengan tangan kanan (padahal
berada dalam satu tubuh), tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya
dalam sedekahnya tersebut. Namun bagi para isteri dianjurkan meminta izin
kepada suaminya jika ingin bershadaqah.
Ketujuh, Rajulun dzakarallaha khaliyan fa
fadhat ainahu.
Maknanya adalah orang yang
berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena
menangis. Yaitu, seorang laki-laki yang
mengingat Allâh atau berdzikir kepada-Nya, berdzikir dengan hati dan lisannya,
dan dalam keadaan sepi lalu air matanya mengalir. Penyebutan rajulun (seorang
laki-laki) bukan pembatasan karena ini juga berlaku bagi kaum wanita. Jika
seorang Muslimah mengalir air matanya tatkala berdzikir kepada Allâh Azza wa
Jalla di kala sepi, maka ia berhak atas naungan Allâh Azza wa Jalla di hari
Kiamat.
Penyebutan
syarat dalam keadaan sepi di sini karena di saat itu sangat jauh dari perbuatan
riya’. Tentang mengalir air matanya karena takut kepada Allâh terdapat beberapa
keutamaan, di antaranya tidak disentuh oleh api Neraka.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Ada dua mata yang tidak
disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allâh
dan mata yang bergadang karena menjaga peperangan di jalan Allâh.
Semoga kita termasuk yang mendapatkan perlindungan dari Allah kelak di
akhirat. Amin.
.
Pelajaran –
pelajaran yang dapat diambil :
1. Seorang
imam atau pemimpin harus adil dan memperhatikan rakyatnya.
2. Keutamaan anak muda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak berbuat maksiat kepada-Nya serta tidak berbuat kejahatan, begitu juga wanita.
2. Keutamaan anak muda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak berbuat maksiat kepada-Nya serta tidak berbuat kejahatan, begitu juga wanita.
3. Wajib
mendidik anak-anak dalam taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan mengajarkan tauhid
kepada mereka dan akhlak yang mulia.
4. Keutamaan orang yang selalu datang ke masjid dan
hatinya selalu bergantung kepadanya untuk berzikir kepada Allâh Azza wa Jalla
dan menegakkan shalat berjama’ah.
5. Wajib bagi laki-laki shalat berjama’ah di masjid, sementara bagi kaum wanita, rumah merupakan tempat shalat terbaik mereka.
5. Wajib bagi laki-laki shalat berjama’ah di masjid, sementara bagi kaum wanita, rumah merupakan tempat shalat terbaik mereka.
6. Hati seorang Muslim selalu rindu untuk ibadah di
masjid.
7. Cinta yang sebenarnya, dilakukan di jalan Allâh dan semata-mata karena Allâh Azza wa Jalla .
7. Cinta yang sebenarnya, dilakukan di jalan Allâh dan semata-mata karena Allâh Azza wa Jalla .
8. Wajib menutup jalan yang membawa kepada
perzinaan.
9. Keutamaan
menjaga diri dan berpaling dari perbuatan zina karena takut kepada Allâh Azza
wa Jalla .
10. Berzina
adalah perbuatan keji, dosa besar dan sejelek-jelek jalan.
11. Keutamaan sedekah yang tersembunyi jauh dari perbuatan riya’.
12. Keutamaan merasa diawasi oleh Allâh Azza wa Jalla dan takut kepada Allâh Azza wa Jalla disaat sendirian.
11. Keutamaan sedekah yang tersembunyi jauh dari perbuatan riya’.
12. Keutamaan merasa diawasi oleh Allâh Azza wa Jalla dan takut kepada Allâh Azza wa Jalla disaat sendirian.
13.
Keutamaan menangis karena takut kepada Allâh Azza wa Jalla.
14.
Keutamaan berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla ketika sendirian.15. Bahwa pahala itu tergantung dari keikhlasan dalam beramal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar