Sabtu, 22 Oktober 2016

Khutbah Jum'at 21 Oktober 2016 Snesa : HATI YANG ISTIQOMAH, Oleh : Bpk. Haji IMAM MAHMUDI, M.Pd.I

HATI YANG ISTIQOMAH
Oleh : Bpk. Haji IMAM MAHMUDI, M.Pd.I



KHUTBAH PERTAMA :
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang muila ini, di hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bukan keridhaan manusia, ketaqwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber dari Al – Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, dan ketaqwaan yang dibuktikan melalui amal dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan Nabi-Nya karena mengharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan Rasulullah SAW karena takut terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala serta selamat dari azab-nya pada hari kiamat kelak adalah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya sehingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya  Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai satu – satunya dzat yang selalu membolak – balikkan hati setiap hambaNya sebagai salah satu kehendak-Nya, dan bukan justru sebaliknya, dimana hatinya selalu condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya syetan La’natullah Alaihi. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan tubuh kita, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya akan melihat hati dan amal perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyaratkan oleh Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wa salam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al – Bukhari, 1/20 :

“ Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuhnya dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati. “ (HR. Al – Bukhari).

Karena itulah Ma’asyiral muslimin , hati mempunyai peranan yang sangat vital dalam diri seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang dapat menentukan baik buruknya dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang muslim.
Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan manusia, khusunya kaum muslimin dimana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan menyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar denganpenampilan lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia namun pada saat yang sama, mereka lalai dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian batin yang akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka, baik didunia maupun di Akhirat kelak. Marilah kita renungkan sebuah ayat  sebagai bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana firman-Nya :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِءْيًا {74}

Berapa banyak umat yang telah kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah yang lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. “(QS : Maryam : 74).

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي اْلأَرْضِ فَمَآأَغْنَى عَنْهُم مَّاكَانُوا يَكْسِبُونَ {82}

Maka apakah mereka tidak mengadakan perajalanan dimuka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang – orang yang sebelum mereka. Orang – orang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan ( lebih banyak ) bekas – bekas mereka di muka bumi, maka apa yang merka usahakan itu tidak dapat menolong mereka,” (QS : Al – Mu’minun : 82).

Dua ayat diatas, cukuplah memberikan penjelasan dan informasi kepada kita bahwa segala sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat menyelamatkan mereka. Na’udzubillahi min dzalik.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati merupakan dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di hari kiamat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ اللهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ {26}

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian taqwa itu adalah yang baik. Yang demikian itu adlah sebagian dari tanda – tanda kekuasaan Allah, mudah – mudahan mereka selalu ingat.” (QS : Al – A’raf : 26).

Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab – kitab sucinya untuk memperbaiki hati, dan Dia diutus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan dan memperindahnya. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ {57}
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagipenyakit – penyakit ( yang berada ) dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang – orang yang beriman.” (QS : Yunus : 57).

Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang ditempuh Beliau Sallallahu ‘alaihi wa salam. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya merupakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal nama – nama-Nya, dan sifat – sifat-Nya, serta dapat menghayati ayat – ayat syar’iyyah Allah, dengannya seseorang dapat merenungkan ayat – ayat Kauniah-Nya serta dengannya seseorang dapat menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perjalanan hati bukan perjalanan jasad.
Al – Imam Ibnu Qayyim Al – Jauziyah menuturkan didalam salah satu kitab Beliau, “ Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari Syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia, dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur, serta surga di hari kiamat. Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari 5 perkara, yaitu syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid’ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari ghaflah ( kelalaian ) yang menghilangkan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlas.” ( Al – Jawab Al – Kahfi, 1 : 176 ).
Ibnu Rajab Al – Hambali pernah berkata, “Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi akan diraih dengan ketulusan niat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala benar, lagi sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati.” ( Mahajjah fi Sair ad-Daljah, Hal. 52 ).
Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufuran, hidayah atau kesesatan, keberutungan atau kenistaan tergantung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba.
Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya, Allah tidak melihat kepada jasadmu dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuk.” ( HR. Muslim no. 2564 ).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Denikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam diucapkan dengan ungkapan :
Tidak, demi dzat yang membolak – balikkan hati”
Dan diantara do’a Beliau adalah :
“ Ya Allah, Dzat yang membolak – balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu. “
Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, rahmat-Nya, dan dari ketaatan-Nya. Dan sejauh – jauh hati dari Allah Subhanahu wa Ta’ala hati yang kasar, dimana peringatan perkataan tidak menjadikannya berilmu, sehingga seseorang yang memiliki hati yang demikian didalam dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa – apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta selalu mendekatkan diri kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan menjaga ketaatannya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan.
Maka dari itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggarisbawahi bahwa keselamatan di hari kiamat kelak sangat tergantung pada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ {88} إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ {89}

“ Di hari yang mana harta dan anak laki – laki tidak berguna, kecuali orang – orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS : Asy – Syu’ara’ : 88 – 89 ).

Dengan demikian, marilah kita bersungguh – sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa mengawasinya, dimana dan kapan saja waktunya, karena ia satu – satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling mudah pengaruhnya,dan paling sulit mengurus dan memperbaikinya. Wallahul Musta’an

KHUTBAH KEDUA
 Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Miqdad bin Al-Aswad,ia menceritakan,Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sungguh,hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah). Berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih.”(HR.Ahmad,no.24317)

Kemudian Al-Miqdad berkata”Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah(dosa).” Ia mengulangi ucapannya tiga kali,sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubah adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati. .

Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah Subhanallahu wa ta’ala, bahkan sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang membelitnya serta segala hal yang dapat merusak dan membinasakannya,maka perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha preventif agar bisa selamat dari segala bentuk penyakit-penyakit hati yang mematikan.

Diantara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat Al-quran dan mendengarkannya, karena Al-quran merupakan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di dalamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ {37}
Artinya:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qaf:37)

*

Allah telah menurunkan pearkataan yang paling baik(Yaitu) Al-Quran yang serupa  (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabb-nya, gemeter karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى اللهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَآءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ {32}
Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pemberi petunjuk pun baginya.” (Az-Zumar: 32)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan demikian. Ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah sesuatu yang paling agung yang dapat melembutkan hati,bagi yang membaca, mendengarkan,dan merenungkannya, serta mengamalkannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari
Diantara usaha yang dapat menenangkan hati adalah dengan mengambil pelajaran terhadap kejadian dan peristiwa serta kehancuran yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan yang mereka lakukan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ {45} أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ {46}

Artinya:”Berapalah banyaknya kota yang kami telah membinasakannya yang penduduknya dalam keadaan zhalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan(berapa banyak pula) sumur yang telahditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang denganitu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta, alah hati yang berada di dalam dada.” (Al-Hajj:45-46)

Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah dengan banyak mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {2}

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakankepada mereka ayat-ayat-Nya, maka bertambahlah iman mereka(karenanya), dan kepada Rabb merekalah mereka bertawakal.”(Ar-Rad:28)

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ {28}

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”(Ar-Rad:28)

Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total setiap perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan mengamalkannya serta menjauhi setiap larangannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ {124} وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ {125}  

Artinya : “Dan apabila diturunkan suatu surat,maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapa diantara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?’ adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir,”(At- Taubah: 124-125)

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُم مِّنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا صَرَفَ اللهُ قُلُوبَهُم بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَفْقَهُونَ {127}

Artinya: “Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata), ‘Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu ?’ Sesudah itu pun mereka pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka dalah kaum yang tidak mengerti (At-Taubah:127)

Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati seseorang dan membuatnya lembut adalah turut merenungkan keadaan orang-orang sakit, orang fakir miskin, serta orang orang yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena dengan mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan mereka akibat penyakit yang dideritanya, maka kita bisa menilai nikmat, begitu juga manakala kita melihat keadaan orang-orang fakir miskin dan anak yatim, dan merenungkan apa yang menjadi kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan mengetahui nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah dianugrahkan kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun manakala kita mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang demikian, dapat membuat hati-hati kita mengeras.
              
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا {28}             
 Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap (karena) mengharapkan perhiasan  kehidupan dunia ini,dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami serta menuruti hawa nafsunya,dan keadaannya  itu melewati batas.” (Al-Kahfi:28)       

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Di samping kita memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita dengan hal-hal tersebut diatas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori hati kita, merusak, menodai dan mencemarkan hati-hati kita. Tidak sibuk dan mudah terpercaya dengan kenikmatan dunia yang melalaikan,terbiasa dan membiarkan mata memandang hal-hal yang diharamkan  baik melalui televisi ataupun video , dari segala bentuk siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat pada surat kabar ataupun majalah, mendengarkan music dan menikmati nyanyian seorang penyanyi, ataupun menyibukkan diri dengan olah raga tertentu, baik mengikuti perkembangannya, melihatnya secara berlebihan sampai banyak menyita sebagian besat waktu yang ada.

Dan diantara yang dapat mengotori dan merusak hati adalah makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku dosa dan maksiat.
Ibnu Abbas berkata,”Sesunggguhnya kebijakan itu menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar wajah, kekuatan pada jasmani, melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih  sayang terhadap sesama. Sedangkan keburukan (dosa) menyebabkan  kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka, kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa benci terhadap sesama.”(Madarij As-Salikin,1:424)

Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang dapat menodai dan merusaknya.Amin ya rabbal ‘alamin                                             

Ditulis ulang oleh remaja masjid :
Elvin Farisqi kelas 8A  
Reyhan Adivara Maulana kelas 8A

Muadzin : bpk. Budi Wahono
Kegiatan sholat Jumat diikuti oleh siswa siswi SMPN 1 Ngunut kelas VII






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...