Jumat, 24 September 2021

ADAB BERSOSIAL MEDIA DALAM PANDANGAN ISLAM

 

ADAB BERSOSIAL MEDIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh : SITI MUDALIVAH

Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung



 

Perkembangan zaman menuntut manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial tidak terlepas dari teknologi media sosial seperti di zaman sekarang ini. Penggunaan media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Telegram, dan Whatsapp, seolah-olah sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ada yang sekadar ingin mengekspresikan hal-hal yang ada pada  dirinya lalu diperlihatkan kepada orang lain, baik secara sadar maupun tidak, dengan mengabaikan privasinya sehingga menjadi konsumsi publik dengan saling memberi komentar. Ada juga orang yang menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah, bisnis, silaturahmi, sarana informasi dan komunikasi, bahkan komunikasi dengan orang yang belum dikenal sebelumnya.

Sebagai makhluk sosial, bersosialisasi dengan orang lain sudah menjadi kebutuhan, namun seorang muslim hendaklah santun dalam bersosialisasi, baik secara langsung maupun dengan menggunakan media sosial. Seorang muslim harus dapat menjaga perasaannya agar jangan sampai terbawa emosi, serta menjaga perasaan orang lain maupun golongan / kelompok. Seorang muslim harus dapat membedakan mana yang pantas dan tidak pantas untuk disampaikan, privasi pribadi dan privasi orang lain juga harus dihormati dan dijunjung tinggi. Jangan sampai media sosial digunakan untuk ajang berdusta atau berbohong dengan membuat berita hoax, berkata-kata buruk / kotor seperti mengumpat, sombong / ria / pamer, iri hati, merendahkan orang / kelompok lain, mengadu domba tanpa menghomati perasaan orang lain / kelompok lain demi kepuasan pribadi / kelompoknya. Oleh karena itu, media sosial yang seharusnya menjadi sarana komunikasi yang menyenangkan justru dapat menjerumuskan penggunanya kepada permusuhan dan kemungkaran. Fasilitas yang tersedia yang memudahkan penggunanya untukbersosialisasi hendaknya dimanfaatkan sebaikmungkin dengan saling menghormati satu sama lain, karena apa yang kita lakukan di dunia ini akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.

Dalam Islam dikenal juga dengan ilmu akhlak. Ilmu akhlak mengatur kehidupan sehari-hari seperti dengan konsep Etika. Etika berbicara tentang baik dan buruk. Praktik etika dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama yang bersumber dari al-Quran dan As-Sunnah.

Oleh karena itu, Islam mempunyai adab yang harus dilaksanakan bagi seorang muslim dalam bermain media sosial, yaitu :

A.  Etika Bermedia Sosial saat memposting

1.   Berbicara dengan Kalimat yang Baik

Perkataan adalah sesuatu yang akan dihisab di akhirat nanti, sehingga kita harus menjaga setiap perkataan baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Allah SWT berfirman :

 

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا

 

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (Q.S Al-Ahzab : 70)

 

Pada ayat tersebut mengatakan bahwa “katakanlah perkataan yang benar”, sehingga dapat kita ambil inti dari ayat tersebut berdasarkan kitab-kitab tafsir ada dua hal, diantaranya: perkataan yang jujur dan tidak dusta, dan perkataan yang baik dan tidak buruk

2.   Postingan Ketaatan Dan Kemaksiatan

Apabila kita memposting sesuatu yang berkaitan dengan ketaatan kepada Allah seperti nasehat, peringatan, kajian agama, dakwah, dan lain sebagainya maka Allah akan memberikan pahala atas postingan tersebut selama postingan itu ada. Jika ternyata ada orang yang berubah menjadi lebih baik karena sebab postingan kita maka Allah akan memberikan kita pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakan kebaikan yang kita sampaikan.

Kebalikan dari pada itu, apabila kita memosting hal-hal yang berkaitan dengan kemaksiatan kepada Allah seperti, mengajak pada kemungkaran, ujaran kebencian, mengolok-olok pihak lain, gambar atau video yang terbuka aurat, dan lain sebagainya maka Allah akan memberikan dosa atas postingan tersebut selama postingan itu ada. 

3.   Perbanyak Postingan yang Bermanfaat

Saat ini banyak sekali postingan yang tidak bermanfaat beredaran dimana-mana, baik di facebook, instagram, telegram, whatsapp maupun youtube seperti video tik-tok, meme yang tidak senonoh, bahkan kabar burung (hoaks). Untuk mengurangi hal tersebut, maka dari itu perbanyaklah postingan yang bermanfaat untuk diri kita dan seluruh masyarakat penghuni internet (netizen).

4.   Berpikir Sebelum Memposting

Apabila kita memposting sesuatu hal di media sosial maka postingan yang kita buat dapat dilihat, direkam, disebarkan dan dimanipulasi oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Sehingga, jika postingan kita mengandung hal-hal yang negatif kemudian dilaporkan disertai bukti jejak digital yang valid maka mau tidak mau kita akan menanggung resikonya. Apalagi jika postingan kita adalah postingan yang berbau maksiat, tentu postingan itu akan menjerumuskan kita ke dalam neraka. Maka dari itu berfikirlah terlebih dahulu terhadap dampak postingan tersebut sebelum mempostingnya di media sosial.

B.  Etika Media Sosial saat Menyebarkan Informasi

Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyebarkan informasi yang ada di internet maupun media sosial :

1.  Tidak asal menyebarkan informasi

Gegabah dalam menyebarkan informasi adalah perbuatan yang buruk. Bahkan ia cukup untuk dicap sebagai pendusta karena menyebarkan apa saja yang ia dengar tanpa klarifikasi. 

2.   Konfirmasi Kebenaran Berita

Banyak diantara kita yang terpengaruh pada berita yang cukup menghebohkan sehingga terpancing untuk menyebarkannya keseluruh akun media sosialnya. Inilah kurangnya etika yang sangat disayangkan karena hampir sebagian besar penghuni internet pernah melakukannya. Akibatnya, banyak kehormatan seseorang jatuh dan buruk nama baiknya karena tersebarnya informasi-informasi miring yang sudah menyebar luas ke mana-mana. Bahkan perbuatan ini juga dapat memecah belah persaudaraan kita.

Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan seseorang. Kita tidak diperkenankan untuk menyebarkan informasi yang menjatuhkan kehormatan seseorang tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu. Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini :

 

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S Al-Hujurat : 6)

 

Bahkan seandainya berita itu benar maka kita tetap dilarang untuk menyebarkan berita saudara kita yang bersifat merendahkan kehormatannya.

Demikianlah sedikit dari banyaknya adab bermedia sosial yang bisa dirangkum. Semoga artikel ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang mau membaca, mengamalkan, dan menyebarkannya. Aamiin.

 

 

Jumat, 17 September 2021

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 

Oleh : ITTASIL LADUN ADKIYAK

Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil ‘ālamîn”  (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 99 Allah berfirman :

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لأَمَنَ مَن فِي اْلأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ {99}

Artinya : “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” (Yunus, 99)

Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.

Di bagian lain Allah mengingatkan, dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 64 :

قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَآءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللهِ

فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ {64}

Artinya : Katakanlah : "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. 3:64)

Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tauhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Al-khalqu kulluhum ‘iyālullāhi faahabbuhumilahi anfa’uhumli’iyālihi”  (“Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”).

Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerjasama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangatkuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan pada surat ar Ruum ayat 30 :

 فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ

ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ 

yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. 30:30)

Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunannya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah ?’ Beliau menjawab “agama asal mula yang toleran (al-hanîfiyyatussamhah).

Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidangToleransiAntar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.

Lalu, apa itu as-samahah (toleransi) ? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain :

1.       Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan

2.       Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan

3.       Kelemahlembutan karena kemudahan

4.       Muka yang ceria karena kegembiraan

5.       Rendah diri di hadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan

6.       Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian

7.       Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi

8.       Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.

Dasar-dasar al-Sunnah (HadisNabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba meliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablumminannas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh(hablumminallāh).

 

 

  

Jumat, 10 September 2021

“HIDUP JUJUR MENJADI MAKMUR”

 

LOMBA PIDATO PAI
PENTAS PAI TINGKAT SMP KABUPATEN TULUNGAGUNG
Kamis tanggal 09 September 2021
(Meraih Juara 2)
 

“HIDUP JUJUR MENJADI MAKMUR”
Oleh : LINTANG BILLA KINARYA SMPN 1 NGUNUT TULUNGAGUNG
 
Assalaamualaikum warahmatullahi  wabarokaatuh.
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirabbil aalamin.
Ashshalaatu wassalaamu ‘ala sayyidhina muhammadinil musthafa wa’ala aalihi washahbihi ajma’in.
Amma ba'du
 
Kepada yang terhormat segenap dewan juri, bapak ibu guru dan teman-teman yang berbahagia.
 
Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga kita bisa dalam keadaan sehat wal ‘aafiat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW,nabi yg memberi pencerahan serta arahan kepada umat manusia hingga akhir zaman.
 
Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menyampaikan sebuah pidato tentang “HIDUP JUJUR JADI MAKMUR”, supaya kita semua dapat meneladani salah satu akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Semoga apa yang akan saya sampaikan bisa berguna bagi kita semua.
 
Teman-teman semua, sebelum mulai Lintang mau tanya dulu nihh.........
Pernahkah teman-teman berbuat tidak jujur .....??
Angkat tangan yg pernah berbuat tidak jujur . Wahh.... alhamdulillah tidak ada yang angkat tangan berarti semuanya selalu berbuat jujur.
Teman-teman, aku mau tanya lagi nihh
Apa sihh arti jujur...?? Ada yg tau....??
 
Jujur adalah salah satu sifat atau akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Beliau mendapatkan julukan Al Amin yang artinya dapat dipercaya. Mengapa beliau mendapat julukan tersebut...?? Karena beliau tidak pernah berkata bohong sekalipun selama kehidupannya. Beliau selalu jujur baik dalam berperilaku maupun dalam hal pekerjaannya sebagai pedagang.
 
Jujur dalam bahasa kita adalah menyatakan suatu hal dengan sebenarnya. Contohnya :
·         Jangan sekali kali menyontek saat ulangan online selama masa daring.
·         Kalau disuruh ibu untuk belanja  kita harus jujur,jika ada uang kembalian harus diberikan pada ibu.
Benar apa benar teman-teman.........
 
Teman-teman  yang berbahagia
Sifat atau perilaku jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi, karena jujur adalah prinsip dasar yang merupakan cerminan dari kepribadian  seseorang.
 
Sifat dan perilaku jujur tidak hanya dicerminkan melalui kata – kata saja, tetapi juga dicerminkan dalam tindakan di kehidupan sehari – hari. Sebagaimana orang yang telah melakukan suatu perbuatan, tentu perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang ada di dalam batinnya. Salah satu contohnya adalah ketika seseorang berani mengatakan “tidak” pada korupsi, maka dia akan berusaha untuk tidak mendekati segala macam bentuk tindakan korupsi.
 
Jangan sampai apa yang telah kita katakan tidak sesuai dengan perilaku. Apabila kita sudah berkata tidak, namun pada kenyataannya tetap melakukan korupsi. Itu adalah munafik, perbuatan yang mengakibatkan dosa yang amat sangat besar.
 
Teman-teman yang berbahagia,
 
Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari – hari sangatlah penting untuk dilakukan karena memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di masyarakat. Diantaranya adalah dengan bersikap jujur akan menjauhkan kita dari segala macam permasalahan. Selain itu, dengan selalu berperilaku dan berkata jujur akan membuat kita tenang dalam menjalani kehidupan.
Allah berfirman dalam surah Al Ahzab/70
 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا {70}
 
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, (QS. 33:70)
Berperilaku jujur harus dimulai sejak usia dini dan dari lingkungan keluarga kita. Apabila di dalam keluarga mengajarkan sikap dan perilaku jujur, maka akan terbentuk individu – individu yang selalu berkata dan berperilaku jujur pula. Pengajaran sikap dan perilaku jujur ini dapat dilakukan dengan ...
      1.            Jika berbuat kesalahan, maka kita harus apa teman...??  Ya benar mengakui kesalahannya.
      2.            Selalu menyamakan antara ucapan dan perbuatan.
      3.            Selalu memegang dan menjalankan amanah dengan baik.
 
Teman-teman yang berbahagia,
Menerapkan sikap jujur dalam kehidupan sehari – hari memanglah sulit, tetapi kita harus melakukannya karean itu adalah sebuah tuntutan hidup agar kita selalu berada di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
 
Baiklah teman-teman, sebagai penutup saya ada sedikit pantun nihh untuk teman-teman.
 
Pagi - pagi sarapan bubur.
Siangnya makan sayur.
Yang mau jujur hidupnya nanti akan mujur dan makmur.
Ibu menanam jamur.
Menanamnya di tanah yang subur.
Yang tidak mau jujur, hidupnya pasti hancur lebur.
 
Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan saat ini. Terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penyampaiannya.
Wabillahittaufiq walhidayah.
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarokaatuh.
 
 

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...