PERISAI ILAHI
Oleh : GASTIADIRRIJAL IHDA ERDHIANTO Kelas 7A
Anggota Remaja Masjid Baitul Muttaqien SMP Negeri 1 Ngunut
Juara Harapan 1 Lomba Menulis Cerpen Islami
Dalam kegiatan YOUNG MOSLEM CAMP 4 MGMP PAI SMP Kab.
Tulungagung
Di SMPN 1 Tulungagung tanggal 22 – 24 Februari 2019
Alhamdulilah ulangan mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti hari ini aku dapat nilai yang memuaskan. Sama seperti hari-hari
kemarin aku lumayan bisa menguasai materi yang guru ajarkan, meskipun aku
lulusan SD yang kebanyakan selalu tertinggal kalau masalah-masalah agama,
seperti tajwid, menerjemahkan, apalagi hafalan ayat-ayat Al-Qurán dan Hadits
Nabi. Wuih… seperti tantangan yang sulit… dan syukur kepada Allah SWT, aku
senang sekali melihat hasil ulanganku. Kulipat kertas ulangan yang barusan guru
bagikan, sekilas aku melihat wajah Randi yang masih merah dan tertunduk, dia
mendapat teguran keras karena mencontek saat ulangan.
Bel pelajaran berakhir. Seperti ayam dilepaskan dari
kandangnya, kami berebut keluar kelas. Tanpa sengaja aku berjalan beriringan
dengan Randi, dengan langkah lesu berjalan menuju gerbang.
Sudahlah Ran… santai, kataku bermaksud menghibur. Santai gimana, malu tau!. “Kamu sih nekat nyontek”, kataku.Sebenarnya memang sengaja aku nyontek…, malulah… masa setiap kali ulangan nilaiku paling belakang, kamu enak dapat nilai bagus, kata Randi penuh kekecewaan.
Enggak juga lah…., dulu nilaiku agama juga sangat jelek, tapi Alhamdulillah sejak aku masuk Madrasah Diniyah pelajaran agamaku pelan-pelan membaik. Mungkin kalau kamu mau, kamu bisa masuk Madrasah Diniyah. Memang menyita waktu sih … tapi Insya Allah bermanfaat buat kita, kataku pada Randi.
Kutatap Randi yang telah melaju dengan sepeda balapnya, akupun bergegas pulang karena banyak kegiatan yang menunggu setelah sekolah formalku ini.
Dengan mengayuh sepeda aku berangkat menuju sekolah keduaku, biasanya setelah sholat Maghrib aku berangkat. Oh ya… tadi lupa kenalkan namaku Gasta, lengkapnya Gastiadirrijal Ihda Erdhianto. Nama yang menurutku sangat indah, penuh makna, pemberian kedua orangtuaku. Seperti remaja pada umumya akupun harus membekali masa depanku kelak dengan berbagai ilmu. Kata ayah sih… ilmu agama itu lebih penting, bisa menyelamatkan dunia akhirat. Makanya…. Aku memilih sekolah keduaku ini untuk menimba ilmu keagamaan, yaitu “Madrasah Diniyah”. Kurang lebih satu kilometer untuk sampai ke Madrasah. Dari anak-anak, remaja, hingga mas-mas yang sudah dewasa berkumpul di sini. Semuanya laki-laki karena laki-laki dan perempuan dipisah waktu belajarnya. Enam kali pertemuan dalam seminggu dengan durasi dua jam setiap harinya. Waktu yang sangat singkat untuk mempelajari ilmu Allah yang begitu luasnya, tapi semua ini aku lakukan dengan tulus dan enjoy ….
“Tholabul Ílmi Faridlotun Äla Kulli Muslimin wal Muslimatin”, yang artinya, menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan. Begitu Hadits Rasulullah jadi kita harus.. semangat…!!!
Dari sore hari langit tampak aneh, tidak terlihat sedikitpun semburat merah diufuk barat, “Ibuk…!!” Panggilku setengah berteriak. Aku masuk kerumah mencarinya, “Ada apa ??” Tanya ibu sambil menyapu ruang tamu. Aku bertanya, “Kira-kira nanti hujan nggak ya??”. Tanpa menjawab ibu berjalan keluar, dan mencoba mengamati cuaca yang aku pikir tadi tampak aneh. “Mungkin …” jawab ibu tanpa ada keyakinan, dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Malam ini waktu aku berangkat cuaca sudah gelap, oh…. Aku pikir nanti tengah malam turun hujannya, tapi dugaanku meleset, ditengah jam pelajaran petir mulai menggelegar, “waduh … jangan hujan dulu ya Allah tunggu sampai saya pulang,” doaku. “Amin …” jawab Irfan teman sebangku yang ternyata mendengarkan doaku. Akupun tersenyum “Kenapa?? Kamu nggak bawa jas hujan?,” tanya Irfan. “Iya … tadi malas mau ambil.” “Sekarang lagi musim hujan, besuk-besuk dibawa jas hujannya. Sebentar-sebentar hujan datang,” katanya lagi. “Baik pak ustadz,” jawabku menggodanya.
Pelajaran Mabadi Fiqih malam ini berakhir dan rintik-rintik hujan sudah mulai turun membasahi parkir sepeda, aku cepat-cepat mengambil sepedaku. Tapi apa daya jumlah santrinya juga banyak jadi di tempat parkirpun aku sudah mulai basah. Ditengah perjalanan, tiba-tiba air seperti sengaja dimuntahkan dari langit, petir menyambar bersahutan, ciut nyaliku. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti dan berteduh di emperan toko pinggir jalan. Ya Allah sepi amat kaya kuburan, biasanya jalan ramai oleh lalu lalang sepeda motor, lha ini satupun tak ada. “Al wally … Al wally… Al wally, ya Allah lindungilah aku,” doa itu terus terucap di bibirku. Mungkin sudah lima belas menit aku berdiri, hanya satu sepeda motor yang lewat barusan, sepertinya aku kenal, seperti ayah…. Apakah tadi ayah?. Karena derasnya hujan, pandanganku pun jadi samar, Ya Allah… semoga itu tadi ayah mencariku. Aku masih berdiri dan mulai kedinginan, sempat terlintas untuk nekat menerjang derasnya hujan biar cepat sampai rumah, tapi mengingat Al Qurán dan buku-buku yang aku dekap saat ini akhirnya kuurungkan niatku. Hujanpun masih deras. Dari selatan kulihat sorot lampu sepeda motor. Kuamati dan … “Ayah …!! Aku disini,” teriakku keras. Motor berhenti, dan alhamdulillah ternyata benar ayahku, lega … rasanya. Cepat-cepat kupakai jas hujan yang disodorkan ayah, kupastikan tas dan isinya aman dari air hujan.
“Sudah lama kamu disini?,” Tanya ayah. “Sudah !! jawabku singkat. “Ayo cepat kalau begitu, duluan sana, ayah ikuti kamu dari belakang !!” Akupun mulai mengayuh sepeda dan ayah pelan-pelan melaju dibelakangku. Hampir jam sembilan malam aku sampai dirumah, secepatnya aku ganti baju dan mengeringkan rambutku. Terdengar ayah dan ibu membicarakan aku, “Kok lama njemputnya ?” Tanya ibuku. “Lha iya… lha anakmu berteduh saja milih di gelap- gelapan, kalau dia tidak memanggil aku juga tidak tahu kalau Gasta disitu,” jawab ayahku … kelihatannya ayahku sedikit kesal. he… he… he…
Tidak mengapa aku kehujanan, berbasah – basah kedinginan di tengah hujan. Aku masih ingat pesan salah satu ustadz di madrasah minggu lalu, yang dikutib dari hadits Rasulullah SAW. “Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”.
Alhamdulillahirobbil Älamin, aku bersyukur atas rahmat Allah kepadaku. Allah memberiku kesempatan dan kemudahan untuk belajar, menanugerahiku dengan orang-orang yang baik disekitarku. Aku mengerti, aku belum banyak tahu tentang kehidupan ini, tapi satu hal yang selalu diperingatkan oleh kedua orang tuaku supaya aku tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah dan kenakalan remaja, dan insyaAllah dengan giatnya belajar agama sedikit banyaknya PERISAI ILAHI yang melindungiku dari hal-hal buruk itu, semoga …
Dan aku harus tetap melangkah, menyongsong masa depanku yang gemilang dengan selalu giat belajar dan selalu patuh pada ayah dan ibuku supaya ridha Allah berada dalam genggamanku.
Sudahlah Ran… santai, kataku bermaksud menghibur. Santai gimana, malu tau!. “Kamu sih nekat nyontek”, kataku.Sebenarnya memang sengaja aku nyontek…, malulah… masa setiap kali ulangan nilaiku paling belakang, kamu enak dapat nilai bagus, kata Randi penuh kekecewaan.
Enggak juga lah…., dulu nilaiku agama juga sangat jelek, tapi Alhamdulillah sejak aku masuk Madrasah Diniyah pelajaran agamaku pelan-pelan membaik. Mungkin kalau kamu mau, kamu bisa masuk Madrasah Diniyah. Memang menyita waktu sih … tapi Insya Allah bermanfaat buat kita, kataku pada Randi.
Kutatap Randi yang telah melaju dengan sepeda balapnya, akupun bergegas pulang karena banyak kegiatan yang menunggu setelah sekolah formalku ini.
Dengan mengayuh sepeda aku berangkat menuju sekolah keduaku, biasanya setelah sholat Maghrib aku berangkat. Oh ya… tadi lupa kenalkan namaku Gasta, lengkapnya Gastiadirrijal Ihda Erdhianto. Nama yang menurutku sangat indah, penuh makna, pemberian kedua orangtuaku. Seperti remaja pada umumya akupun harus membekali masa depanku kelak dengan berbagai ilmu. Kata ayah sih… ilmu agama itu lebih penting, bisa menyelamatkan dunia akhirat. Makanya…. Aku memilih sekolah keduaku ini untuk menimba ilmu keagamaan, yaitu “Madrasah Diniyah”. Kurang lebih satu kilometer untuk sampai ke Madrasah. Dari anak-anak, remaja, hingga mas-mas yang sudah dewasa berkumpul di sini. Semuanya laki-laki karena laki-laki dan perempuan dipisah waktu belajarnya. Enam kali pertemuan dalam seminggu dengan durasi dua jam setiap harinya. Waktu yang sangat singkat untuk mempelajari ilmu Allah yang begitu luasnya, tapi semua ini aku lakukan dengan tulus dan enjoy ….
“Tholabul Ílmi Faridlotun Äla Kulli Muslimin wal Muslimatin”, yang artinya, menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan. Begitu Hadits Rasulullah jadi kita harus.. semangat…!!!
Dari sore hari langit tampak aneh, tidak terlihat sedikitpun semburat merah diufuk barat, “Ibuk…!!” Panggilku setengah berteriak. Aku masuk kerumah mencarinya, “Ada apa ??” Tanya ibu sambil menyapu ruang tamu. Aku bertanya, “Kira-kira nanti hujan nggak ya??”. Tanpa menjawab ibu berjalan keluar, dan mencoba mengamati cuaca yang aku pikir tadi tampak aneh. “Mungkin …” jawab ibu tanpa ada keyakinan, dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Malam ini waktu aku berangkat cuaca sudah gelap, oh…. Aku pikir nanti tengah malam turun hujannya, tapi dugaanku meleset, ditengah jam pelajaran petir mulai menggelegar, “waduh … jangan hujan dulu ya Allah tunggu sampai saya pulang,” doaku. “Amin …” jawab Irfan teman sebangku yang ternyata mendengarkan doaku. Akupun tersenyum “Kenapa?? Kamu nggak bawa jas hujan?,” tanya Irfan. “Iya … tadi malas mau ambil.” “Sekarang lagi musim hujan, besuk-besuk dibawa jas hujannya. Sebentar-sebentar hujan datang,” katanya lagi. “Baik pak ustadz,” jawabku menggodanya.
Pelajaran Mabadi Fiqih malam ini berakhir dan rintik-rintik hujan sudah mulai turun membasahi parkir sepeda, aku cepat-cepat mengambil sepedaku. Tapi apa daya jumlah santrinya juga banyak jadi di tempat parkirpun aku sudah mulai basah. Ditengah perjalanan, tiba-tiba air seperti sengaja dimuntahkan dari langit, petir menyambar bersahutan, ciut nyaliku. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti dan berteduh di emperan toko pinggir jalan. Ya Allah sepi amat kaya kuburan, biasanya jalan ramai oleh lalu lalang sepeda motor, lha ini satupun tak ada. “Al wally … Al wally… Al wally, ya Allah lindungilah aku,” doa itu terus terucap di bibirku. Mungkin sudah lima belas menit aku berdiri, hanya satu sepeda motor yang lewat barusan, sepertinya aku kenal, seperti ayah…. Apakah tadi ayah?. Karena derasnya hujan, pandanganku pun jadi samar, Ya Allah… semoga itu tadi ayah mencariku. Aku masih berdiri dan mulai kedinginan, sempat terlintas untuk nekat menerjang derasnya hujan biar cepat sampai rumah, tapi mengingat Al Qurán dan buku-buku yang aku dekap saat ini akhirnya kuurungkan niatku. Hujanpun masih deras. Dari selatan kulihat sorot lampu sepeda motor. Kuamati dan … “Ayah …!! Aku disini,” teriakku keras. Motor berhenti, dan alhamdulillah ternyata benar ayahku, lega … rasanya. Cepat-cepat kupakai jas hujan yang disodorkan ayah, kupastikan tas dan isinya aman dari air hujan.
“Sudah lama kamu disini?,” Tanya ayah. “Sudah !! jawabku singkat. “Ayo cepat kalau begitu, duluan sana, ayah ikuti kamu dari belakang !!” Akupun mulai mengayuh sepeda dan ayah pelan-pelan melaju dibelakangku. Hampir jam sembilan malam aku sampai dirumah, secepatnya aku ganti baju dan mengeringkan rambutku. Terdengar ayah dan ibu membicarakan aku, “Kok lama njemputnya ?” Tanya ibuku. “Lha iya… lha anakmu berteduh saja milih di gelap- gelapan, kalau dia tidak memanggil aku juga tidak tahu kalau Gasta disitu,” jawab ayahku … kelihatannya ayahku sedikit kesal. he… he… he…
Tidak mengapa aku kehujanan, berbasah – basah kedinginan di tengah hujan. Aku masih ingat pesan salah satu ustadz di madrasah minggu lalu, yang dikutib dari hadits Rasulullah SAW. “Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”.
Alhamdulillahirobbil Älamin, aku bersyukur atas rahmat Allah kepadaku. Allah memberiku kesempatan dan kemudahan untuk belajar, menanugerahiku dengan orang-orang yang baik disekitarku. Aku mengerti, aku belum banyak tahu tentang kehidupan ini, tapi satu hal yang selalu diperingatkan oleh kedua orang tuaku supaya aku tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah dan kenakalan remaja, dan insyaAllah dengan giatnya belajar agama sedikit banyaknya PERISAI ILAHI yang melindungiku dari hal-hal buruk itu, semoga …
Dan aku harus tetap melangkah, menyongsong masa depanku yang gemilang dengan selalu giat belajar dan selalu patuh pada ayah dan ibuku supaya ridha Allah berada dalam genggamanku.
NGUNUT,
FEBRUARI 2019
BIODATA
Kelas : 7A
Tempat Tanggal Lahir : Tulungagung 15 Nopember 2005
Alamat : Mirigambar Sumbergempol Tulungagung
Guru
Pembimbing
Ibu Nunung
Widyaningtyas M.Pd.I
Bidang Studi :
Bahasa JawaTempat Tanggal Lahir : Tulungagung 05 Januari 1980
Alamat : Jl. Anjilo RT 03 RW 03 Desa Purworejo Kec. Ngunut Kab. Tulungagung 66292
Tempat Tugas : SMPN 1 Ngunut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar