Rabu, 27 Februari 2019

MENJADI LEBIH BAIK

MENJADI LEBIH BAIK
Karya                : Laili Adistia
Kelas                : 8I
Sekolah             : SMP Negeri 1 Ngunut


Anggota Remaja Masjid Baitul Muttaqien SMP Negeri 1 Ngunut
Peserta Lomba Menulis Cerpen Islami
Dalam kegiatan YOUNG MOSLEM CAMP 4 MGMP PAI SMP Kab. Tulungagung
Di SMPN 1 Tulungagung tanggal 22 – 24 Februari 2019


Perkenalkan namaku Rafelya Amanda, aku biasa dipanggil Felya. Anak pertama dari dua bersaudara. Adikku perempuan, namanya Keyla Angelica, dia biasa dipanggil Keyla. Sekarang aku duduk di bangku kelas dua SMP sedangkan adikku duduk di bangku kelas satu SMP. Kami hanya terpaut satu tahun. Tapi perbedaan diantara kami sangat jauh. Aku yang nakal dan Keyla yang baik.
Sebenarnya aku ini bisa menjadi anak yang baik dan pintar. Tapi sayangnya, aku terlalu cuek dan tak peduli dengan semua itu. Aku yang sering datang terlambat dan tidak mengerjakan tugas sekolah, sering mendapatkan hukuman dari guru guru. Aku juga suka membolos saat jam pelajaran, dengan berbagai alasan berusaha keluar dari kelas karena aku tidak menyukai pelajaran tersebut atau tak suka dengan guru yang mengajarnya. Sampai sampai aku kena tegur oleh guru BP. Pernah suatu hari aku di panggil ke ruangan BP.
Guru BP bertanya padaku “Kenapa kamu selalu membuat ulah di sekolah Felya? Kamu itu sebenarnya anak baik, tapi kenapa kamu jadi seperti ini? " Dengan ringan akupun menjawab``Aku memang seperti ini sejak dulu bu, susah untuk berubah menjadi baik dan penurut seperti siswa siswi lainnya, aku melakukan apa yang aku suka dan apa yang aku inginkan bu."
``Jika kamu ada masalah kamu bisa cerita ke ibu, Felya. Siapa tahu ibu dan guru lain bisa membantu" ucap guru BP tersebut. “Tidak bu,aku tidak sedang ada masalah.. Memang beginilah diriku" ucapku sambil keluar dari rungan BP dan meninggalkan guru itu sendirian.
Aku yang memiliki kecerdasan yang hanya pas pasan sangat berbeda dengan adikku, Keyla. Dia pintar dalam segala hal. Semua pelajaran yang diberikan oleh guru, dia kuasai semuanya. Akibatnya ayah dan ibu selalu membanding bandingkan aku dengan Keyla. Aku tak suka dengan hal itu. Dan mungkin itu yang membuatku semakin lama semakin nakal. Terkadang aku merasa benci pada Keyla. Karena semenjak kehadirannya kasih sayang ayah dan ibu yang dulu selalu tercurah kepadaku, sekarang harus terbagi dengannya. Dulu aku yang selalu dipuji, aku yang selalu disayang, tapi sekarang hanya Keyla, Keyla, dan Keyla. Apalagi dengan prestasinya yang selalu unggul, aku sudah jelas kalah jika dibandingkan dengannya.
Banyak cara yang ayah dan ibu lakukan untuk membuatku kembali menjadi anak yang baik. Tapi sepertinya itu semua sia sia saja, karena aku tetaplah aku, aku yang dibilang nakal dan tak punya aturan. Itu kata ibu waktu dulu aku pernah membolos sekolah selama 2 hari dengan alasan sakit,padahal sebenarnya aku hanya malas bertemu dengan guru BP yang sempat menegurku.
Pernah sekali ibu memberhentikan aku sekolah seperti biasa. Ya. Ibu menyuruhku home-schooling. Tapi itu percuma, karena aku akan berpura - pura sakit dan tak enak badan agar guru yang mengajarku pulang saja. Ibu sampai kehabisan akal bagaimana caranya untuk membuatku menjadi lebik baik.
Sampai suatu ketika.........
Aku mendengar percakapan ibu dengan ayah. “Bagaimana kalau kita masukkan Felya ke pesantren saja, Bu? " tanya ayah. “Bagus juga itu Yah! " ucap ibu. Aku yang mendengarnya spontan langsung kaget. “Apa ?!! Aku ? Masuk pesantren ? Nggak mau buu,, yahh !"
“Ini demi kebaikan kamu Felya, tolong nurut sama ayah dan ibu," kata ayah. “Sekarang cepat kemasi barang barangmu, kita berangkat ke pesantren lusa, Hari ini akan ayah urus semuanya." Lanjutnya.  .
Aku hanya bisa pasrah dan segera berlari ke kamar. Bukannya mengemasi barang.  Tapi aku malah menangis sejadi jadinya di kamar. “Aku benci"  Aku berteriak teriak sendiri di dalam kamar. Sampai akhirnya aku lelah menangis dan tertidur.

---
Setelah bangun dari tidur, aku baru mengemasi baju - bajuku dan semua barang yang sekiranya ku perlukan di pesantren nanti.
 ---
Lusa aku benar benar berangkat ke pesantren.  Di pesantren itu ada beberapa asrama. Aku menempati kamar di salah satu asrama yang ada .Aku diantar oleh seorang ustadzah ke kamarku. Namanya Ustadzah Rani . Kamarku ternyata ada di lantai 2 . Sesampainya di kamar aku melihat ada seorang anak perempuan seumuranku sedang merapikan tempat tidur yg ada di kamar itu, dia yang menyadari kehadiranku dan Ustadzah Rani akhirnya menghentikan pekerjaannya sejenak dan menyambut kami berdua. Dia mengucapkan salam sambil mencium punggung tangan Ustadzah Rani.
``Assalamualaikum Ustadzah" ucapnya
`` Waalaikumusalam ,Yasmin . Ini teman barumu. Namanya Felya. Ustadzah harap kalian bisa akrab ya.. " ucap ustadzah Rani.”Iya ustazah " ucapku dan Yasmin yang tak sengaja berbarengan. Ustazah pun meninggalkan aku dan Yasmin di kamar itu.  Aku bingung, kenapa di sini aku bisa berlaku lebih sopan, sedangkan di rumah, aku tidak mendengarkan perintah ibu.
Setelah ustadzah pergi, aku dan Yasmin hanya tinggal berdua di kamar itu. Terjadi keheningan beberapa saat. Sampai akhirnya Yasmin membuka pembicaraan.  “Hey, kita belum berkenalan.  Siapa namamu tadi ?" ucapnya berbasa basi.”Namaku Rafelya Amanda,  panggil saja Felya" ucapku. “Oooo,namaku Yasmin Hanan. Hmm,bolehkah aku membantumu untuk merapikan baju bajumu itu? ". “Tidak, terimakasih. Aku bisa sendiri" ucapku. ”Oh ayolah kawan.." dia memaksaku ,aku akhirnya hanya menurut saja.
Hari hariku selanjutnya kuhabiskan bersama Yasmin. Semakin hari kami semakin akrab, dan aku merasa nyaman memiliki teman sepertinya. Sampai pada suatu hari...
Yasmin bertanya padaku, “Felya, kamu mau kan jadi sahabatku ?" Dengan senang aku menjawab ``Ya, aku mau jadi sahabatmu Yasmin."  Kami pun berpelukan. Dan aku bilang padanya, “Yasmin kamu baik, terimakasih telah membuatku menjadi lebih baik dari sebelumnya. "
“Itu semua bukan karena aku, tapi karena niat dari hatimu untuk berubah menjadi lebih baik,”" jawabnya sambil tersenyum. Terimakasih ayah ibu, sekarang aku sudah menjadi lebih baik karena berada di pesantren ini..

NGUNUT, FEBRUARI 2019

 BIODATA


Nama                               : LAILI ADISTIA
Kelas                                : 8I
Tempat Tanggal Lahir     : Tulungagung 04 Oktober 2004
Alamat                             : Jln Pandean Lk. 08 Ngunut RT 01 RW 01 Tulungagung


Guru Pembimbing   
    
Ibu Nunung Widyaningtyas M.Pd.I
Bidang Studi               : Bahasa Jawa
Tempat Tanggal Lahir: Tulungagung 05 Januari 1980
Alamat                       :Jl. Anjilo RT 03 RW 03 Ds Purworejo Kec. Ngunut Kab. Tulungagung 66292
Tempat Tugas            : SMPN 1 Ngunut.










Selasa, 26 Februari 2019

PERISAI ILAHI

PERISAI ILAHI

Oleh : GASTIADIRRIJAL IHDA ERDHIANTO Kelas 7A
Anggota Remaja Masjid Baitul Muttaqien SMP Negeri 1 Ngunut
Juara Harapan 1 Lomba Menulis Cerpen Islami
Dalam kegiatan YOUNG MOSLEM CAMP 4 MGMP PAI SMP Kab. Tulungagung
Di SMPN 1 Tulungagung tanggal 22 – 24 Februari 2019


Alhamdulilah ulangan mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti hari ini aku dapat nilai yang memuaskan. Sama seperti hari-hari kemarin aku lumayan bisa menguasai materi yang guru ajarkan, meskipun aku lulusan SD yang kebanyakan selalu tertinggal kalau masalah-masalah agama, seperti tajwid, menerjemahkan, apalagi hafalan ayat-ayat Al-Qurán dan Hadits Nabi. Wuih… seperti tantangan yang sulit… dan syukur kepada Allah SWT, aku senang sekali melihat hasil ulanganku. Kulipat kertas ulangan yang barusan guru bagikan, sekilas aku melihat wajah Randi yang masih merah dan tertunduk, dia mendapat teguran keras karena mencontek saat ulangan.
 Bel pelajaran berakhir. Seperti ayam dilepaskan dari kandangnya, kami berebut keluar kelas. Tanpa sengaja aku berjalan beriringan dengan Randi, dengan langkah lesu berjalan menuju gerbang.
Sudahlah Ran… santai, kataku bermaksud menghibur. Santai gimana, malu tau!. “Kamu sih nekat nyontek”, kataku.Sebenarnya memang sengaja aku nyontek…, malulah… masa setiap kali ulangan nilaiku paling belakang, kamu enak dapat nilai bagus, kata Randi penuh kekecewaan.
Enggak juga lah…., dulu nilaiku agama juga sangat jelek, tapi Alhamdulillah sejak aku masuk Madrasah Diniyah pelajaran agamaku pelan-pelan membaik. Mungkin kalau kamu mau, kamu bisa masuk Madrasah Diniyah. Memang menyita waktu sih … tapi Insya Allah bermanfaat buat kita, kataku pada Randi.
Kutatap Randi yang telah melaju dengan sepeda balapnya, akupun bergegas pulang karena banyak kegiatan yang menunggu setelah sekolah formalku ini.
Dengan mengayuh sepeda aku berangkat menuju sekolah keduaku, biasanya setelah sholat Maghrib aku berangkat. Oh ya… tadi lupa kenalkan namaku Gasta, lengkapnya Gastiadirrijal Ihda Erdhianto. Nama yang menurutku sangat indah, penuh makna, pemberian kedua orangtuaku. Seperti remaja pada umumya akupun harus membekali masa depanku kelak dengan berbagai ilmu.  Kata ayah sih… ilmu agama itu lebih penting, bisa menyelamatkan dunia akhirat. Makanya…. Aku memilih sekolah keduaku ini untuk menimba ilmu keagamaan, yaitu “Madrasah Diniyah”. Kurang lebih satu kilometer untuk sampai ke Madrasah. Dari anak-anak, remaja, hingga mas-mas yang sudah dewasa berkumpul di sini. Semuanya laki-laki karena laki-laki dan perempuan dipisah waktu belajarnya. Enam kali pertemuan dalam seminggu dengan durasi dua jam setiap harinya. Waktu yang sangat singkat untuk mempelajari ilmu Allah yang begitu luasnya, tapi semua ini aku lakukan dengan tulus dan enjoy ….
“Tholabul Ílmi Faridlotun Äla Kulli Muslimin wal Muslimatin”, yang artinya, menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan. Begitu Hadits Rasulullah jadi kita harus.. semangat…!!!
Dari sore hari langit tampak aneh, tidak terlihat sedikitpun semburat merah diufuk barat, “Ibuk…!!” Panggilku setengah berteriak. Aku masuk kerumah mencarinya, “Ada apa ??” Tanya ibu sambil menyapu ruang tamu. Aku bertanya, “Kira-kira nanti hujan nggak ya??”. Tanpa menjawab ibu berjalan keluar, dan mencoba mengamati cuaca yang aku pikir tadi tampak aneh. “Mungkin …” jawab ibu tanpa ada keyakinan, dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Malam ini waktu aku berangkat cuaca sudah gelap, oh…. Aku pikir nanti tengah malam turun hujannya, tapi dugaanku meleset, ditengah jam pelajaran petir mulai menggelegar, “waduh … jangan hujan dulu ya Allah tunggu sampai saya pulang,” doaku. “Amin …” jawab Irfan teman sebangku yang ternyata mendengarkan doaku. Akupun tersenyum “Kenapa?? Kamu nggak bawa jas hujan?,” tanya Irfan. “Iya … tadi malas mau ambil.”  “Sekarang lagi musim  hujan, besuk-besuk dibawa jas hujannya. Sebentar-sebentar hujan datang,” katanya lagi.  “Baik pak ustadz,” jawabku menggodanya.
Pelajaran Mabadi Fiqih malam ini berakhir dan rintik-rintik hujan sudah mulai turun membasahi parkir sepeda, aku cepat-cepat mengambil sepedaku. Tapi apa daya jumlah santrinya juga banyak jadi di tempat parkirpun aku sudah mulai basah. Ditengah perjalanan, tiba-tiba air seperti sengaja dimuntahkan dari langit, petir menyambar bersahutan, ciut nyaliku. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti dan berteduh di emperan toko pinggir jalan. Ya Allah sepi amat kaya kuburan, biasanya jalan ramai oleh lalu lalang sepeda motor, lha ini satupun tak ada. “Al wally … Al wally… Al wally, ya Allah lindungilah aku,” doa itu terus terucap di bibirku. Mungkin sudah lima belas menit aku berdiri, hanya satu sepeda motor yang lewat barusan, sepertinya aku kenal, seperti ayah…. Apakah tadi ayah?. Karena derasnya hujan, pandanganku pun jadi samar, Ya Allah… semoga itu tadi ayah mencariku. Aku masih berdiri dan mulai kedinginan, sempat terlintas untuk nekat menerjang derasnya hujan biar cepat sampai rumah, tapi mengingat Al Qurán dan buku-buku yang aku dekap saat ini akhirnya kuurungkan niatku. Hujanpun masih deras. Dari selatan kulihat sorot lampu sepeda motor. Kuamati dan … “Ayah …!! Aku disini,” teriakku keras. Motor berhenti, dan alhamdulillah ternyata benar ayahku, lega … rasanya. Cepat-cepat kupakai jas hujan yang disodorkan ayah, kupastikan tas dan isinya aman dari air hujan.
“Sudah lama kamu disini?,” Tanya ayah. “Sudah !! jawabku singkat. “Ayo cepat kalau begitu, duluan sana, ayah ikuti kamu dari belakang !!” Akupun mulai mengayuh sepeda dan ayah pelan-pelan melaju dibelakangku. Hampir jam sembilan malam aku sampai dirumah, secepatnya aku ganti baju dan mengeringkan rambutku. Terdengar ayah dan ibu membicarakan aku, “Kok lama njemputnya ?” Tanya ibuku. “Lha iya… lha anakmu berteduh saja milih di gelap- gelapan, kalau dia tidak memanggil aku juga tidak tahu kalau Gasta disitu,” jawab ayahku … kelihatannya ayahku sedikit kesal. he… he… he…
Tidak mengapa aku kehujanan, berbasah – basah kedinginan di tengah hujan. Aku masih ingat pesan salah satu ustadz di madrasah minggu lalu, yang dikutib dari hadits Rasulullah SAW. “Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”.
Alhamdulillahirobbil Älamin, aku bersyukur atas rahmat Allah kepadaku. Allah memberiku kesempatan dan kemudahan untuk belajar, menanugerahiku dengan orang-orang yang baik disekitarku. Aku mengerti, aku belum banyak tahu tentang kehidupan ini, tapi satu hal yang selalu diperingatkan oleh kedua orang tuaku supaya aku tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah dan kenakalan remaja, dan insyaAllah dengan giatnya belajar agama sedikit banyaknya PERISAI ILAHI yang melindungiku dari hal-hal buruk itu, semoga …
Dan aku harus tetap melangkah, menyongsong masa depanku yang gemilang dengan selalu giat belajar dan selalu patuh pada ayah dan ibuku supaya ridha Allah berada dalam genggamanku.

NGUNUT, FEBRUARI 2019
 BIODATA

Nama                             : GASTIADIRRIJAL IHDA ERDHIANTO
Kelas                             : 7A
Tempat Tanggal Lahir  : Tulungagung 15 Nopember  2005
Alamat                          : Mirigambar Sumbergempol Tulungagung 
Guru Pembimbing           


Ibu Nunung Widyaningtyas M.Pd.I
Bidang Studi                : Bahasa Jawa
Tempat Tanggal Lahir : Tulungagung 05 Januari 1980
Alamat                         : Jl. Anjilo RT 03 RW 03 Desa Purworejo Kec. Ngunut Kab. Tulungagung 66292
Tempat Tugas              : SMPN 1 Ngunut.

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...