Rabu, 28 Februari 2018

Khutbah Jum’at Masjid Baitul Muttaqien SMPN 1 Ngunut

PEMAAF
Khatib                 : Mujiono, M.Pd.I
Ditulis ulang oleh   : Reyhan Adivara Maulana
Kelas                 : IX A (Anggota Remaja Masjid)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah                                                  Terlebih dahulu marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan kenikmatan. Satu kenikmatan yang sedang kita rasakan adalah nikmat sehat, nikmat sempat dan nikmat dapat melaksanankan salah satu kewajiban seorang muslimin yaitu melaksanakan ibadah sholat jum’at. Mudah-mudahan apa yang sudah kita lakukan dan yang akan kita lakukan senantiasa mendapat hidayah dan taufiq serta ridha dari Allah SWT. Amin,

Selanjutnya saya sebagai khatib mengajak kepada para jamaah, marilah pada kesempatan yang bahagia ini kita juga senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah, taqwa dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya. Mudah-mudahan dengan bekal taqwa inilah apa yang menjadi cita-cita hidup kita, akan mendapat hidayah, taufiq serta ridha dan diterima oleh Allah sebagai amal shalih yang nantinya akan mendapat pahala dari Allah SWT.

Kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah pada hari ini, khatib juga ingin menyampaikan tema/judul khutbah yaitu “PEMAAF”. Mengapa tema ini kami angkat ? Kalau kita melihat, para politis, para ekonom dan orang-orang yang mempunyai kepentingan baik untuk pribadi maupun golongan, baik itu dalam bentuk meraih jabatan ataupun mencari popularitas tidaklah sedikit  bahwa perkataannya kadang kadang menjadikan telinga kita ini menjadi panas atau memunculkan pro dan kontra.

Kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Untuk itu kami mengajak para jama’ah Jum’ah, marilah kita menengok sejenak dan mengingat kembali serta merenungkan konsep-konsep “pemaaf” atau saling memaafkan satu dengan yang lain termaktub dalam Al-Qur’an maupun konsep Rasulullah di dalam hadisnya yang berkaitan dengan pemaaf.

Pengertian pemaaf. Pemaaf adalah sikap memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikit rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa arab sifat pemaaf disebut dengan al-‘afwu yang berarti kelebihan atau yang berlebih, sebagaimana firman Allah yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 219

yang artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “yang berlebih dari keperluannya.” (QS Al-Baqarah 2:219)
Dari ayat Al-Quran di atas dapat diambil satu analisa bahwa sesuatu yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Sehingga kata al-‘afwu dalam kata diatas kemudian berkembang maknanya menjadi menghapus. Dalam konteks bahasa memaafkan berarti menghapus luka atau bekas luka yang ada di dalam hati.
Sifat pemaaf adalah salah satu dari manifestasi ketaqwaan kepada Allah SWT sebagaimana dalam Firman-Nya :


yang artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebijakan” (Ali Imran 3:133-134)

Kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Dari ayat Al-Quran diatas dapat diambil satu penegasan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dinyatakan dari yang bersalah. Menurut M. Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan kita untuk meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah memberi maaf.
Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahannya dan berniat untuk minta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Apalagi bagi orang-orang yang merasa status sosialnya lebih tinggi daripada orang yang akan dimintai maaf itu. Misalnya seorang pemimpin kepada rakyatnya, seorang bapak pada ayahnya, seorang manajer kepada karyawannya , atau yang lebih tua kepada yang lebih muda. Barangkali itulah salah satu hikmahnya, kenapa Allah memerintahkan kita untuk memberi maaf sebelum dimintai maaf.
Berkaitan dengan beberapa pengertian tentang maaf tersebut kita juga harus memberi keseimbangan dalam bentuk-bentuk lain yang dapat memperkokoh perbuatan memberi maaf, antara lain adalah lapang dada.
Tindakan memberi maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada. Di dalam beberapa ayat Al-Quran permintaan memaafkan diikuti dengan perintah berlapang dada, Antaranya :


    “Maafkanlah mereka dan berlapang dadalah, sesungguhnya Allah senang kepada orang orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadamu)” (Al-Maidah 5:13)
Dalam firmannya yang lain adalah surat An-Nur :


yang artinya:
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin diampuni oleh Allah?” (An-Nur 24:22)
Untuk lebih memahami maksud lapang dada ada baiknya ditinjau kebahasaan. Berlapang dada dalam bahasa arab disebut ash-shafu  yang secara etimologis  berarti lapang. Dari sini ash-shafu dapat diartikan kelapangan dada. Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu dapat dihapus dengan alat hapus tentu akan meninggalkan bekas, bahkan kertas tersebut akan terlihat kusut. Supaya lebih baik dan lebih rapi, sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran baru.
Menghapus kesalahan itulah yang disebut memaafkan, sedangkan berlapang dada ialah menukar lembaran yang salah dengan lembaran yang baru sama sekali. Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran baru hingga sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang telah dihapus kesalahannya.
Demikianlah Khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan ada manfaatnya dan dapat dijadikan bahan renungan serta bahan evaluasi kita bersama.

                                        KHUTBAH KEDUA
Ma’asriyal muslimin rahimakumullah.
Pada khutbah kedua ini kami tidak akan menyimpulkan materi khutbah yang sudah disampaikan pada khutbah yang pertama, tetapi saya ber-khusnudzan kepada para jamaah bahwa apa-apa yang sudah saya saya sampaikan bisa memilah dan memilih mana yang baik dan bermanfaat serta mana yang tidak baik dan tidak bermanfaat. Yang baik tentunya kita lestarikan dan sebaliknya yang tidak,  harus kita jauhkan dengan semaksimal mungkin.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendapat hidayah, taufiq dari Allah SWT. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasiswa PPL UIN Tulungangung

  Agenda Rutin Remaja Masjid: Bimbingan Membaca Al-Qur’an dan Mengasah Pengetahuan Dasar Tentang SholatLewat Teka Teki Silang Bersama Mahasi...