MENCARI KEBAHAGIAAN YANG SEBENARNYA
Khatib : Bpk SLAMET PITOYO, S.Pd
Ditulis ulang oleh : Elvin Farisqie kelas 9A (anggota Remaja Masjid Baitul
Muttaqien)
Kaum muslimin jama`ah jum`ah yang berbahagia !
Marilah kita bertaqwa kepada Allah Ta`ala,
sebab dengan taqwa kita akan memperoleh kebahagiaan yang haqiqi, kebahagiaan
lahir dan batin, di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman dalam Surat Ath Thalaaq ayat 2 dan 3 :
Artinya : “ Barang siapa yang bertaqwa kepada
Allah, niscaya Ia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Kaum muslimin yang berbahagia!
Bahagia tidak bisa diukur dengan harta,
pangkat dan segala kemewahan duniawi. Tetapi sesungguhnya kebahagiaan itu
terletak dalam ketenangan hati seseorang. Banyak orang yang kaya dengan harta,
tetapi kekayaanya tidak membuat hatinya menjadi tenang, bahkan sebaliknya,
kekayaan yang di kumpulkan justru menyibukkan dirinya untuk selalu mengejar
kekurangan, karena berapapun harta benda yang ia miliki masih saja dianggapnya
kurang. Bahkan dikatakaan bahwa bermegah-megahan (soal harta, pengikut, dan
seumpamanya) telah melalaikan manusia, sampai masuk ke dalam kubur.
Demikian kebiasaan manusia dalam mengejar
kekayaan, mempunyai satu buah mobil, ingin menjadi dua, mempunyai dua ingin
bertambah tiga, dan seterusnya. Karena itu marilah kita berusaha dan berdoa,
agar hati kita selalu diberi ketenangan. Sebab hanyalah dalam hati yang tenang
letak kebahagiaan yang haqiqi. Kaya yang sebenarnya adalah ketenangan jiwa.
Saudara-saudara yang berbahagia!
Ketenangan jiwa adalah suatu anugerah Allah
yang sangat berharga. Banyak orang yang merindukannya, tetapi sedikit sekali
yang dapat memperolehnya. Hal ini disebabkan karena banyak umat manusia yang
lupa kepada penciptanya, lupa kepada dzat yang memberi kebahagiaan, dan lupa
tentang siapakah sebenarnya yang menciptakan ketenangan di dalam jiwa.
Dikatakan dalam Al Quran bahwa “ Dia-lah
(Allah) yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin agar
keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada).”
Saudara-saudara jama`ah jum`ah yang
berbahagia!
Dengan keterangan diatas kiranya dapat
disimpulkan bahwa seseorang yag menginginkan bahagia, ingin berjiwa tenang,
tetapi lupa kepada penciptanya maka segala keinginannya adalah sia-sia belaka.
Oleh karena itu marilah kita kejar terus kebahagiaan itu, dengan senantiasa
ingat kepada Allah, karena Allah-lah dzat yang menentukan kebahagiaan.
Berusahalah terus untuk memperoleh ketenangan dalam jiwa, yaitu dengan bertaqwa
kepada Allah dzat yang memberi ketenangan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.
Seperti yang Allah firmankan dalam Surat Ar Ra`d yang artinya :
“ Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya. (yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Dan Allah juga berfirman dalam Surat An Nisaa’
:
Artinya : “ Dan barangsiapa yang menta`ati
Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan ber-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : para nabi, shiddiiqiin, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang saleh dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.”
Demikian, kebahagiaan yang dicapai oleh
orang-orang yang ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan inilah janji dari Allah
terhadap orang orang yang patuh kepada-Nya, bukan orang-orang yang mendurhakai
kepada Tuhannya. Cobalah kita renungkan, mana mungkin seseorang bisa memperoleh
kebahagiaan jika ia mendurhakai kepada Tuhannya. Memang orang-orang yang tidak
ta`at kepada Allah beranggapan bahwa kebahagiaan adalah terletak pada harta
yang menumpuk, tetapi anggapan seperti ini adalah keliru besar. Mereka lupa
bahwa kemegahan, kedudukan, jabatan, dan segala kemewahan dunia itu pasti
rusak, tidak ada yang abadi. Dunia ini hanya tempat lintasan saja dalam
rangkaian perjalanan menuju akhirat.
Allah Berfrman :
Artinya : “ Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itu negeri yang kekal.
Saudara-saudara jama`ah jum`ah yang
berbahagia!
Bagi orang yang menyadari bahwa hidup di dunia
ini hanyalah sementara, semestinya harus giat mencari bekal untuk persiapan
dalam perjalanannya menuju akhirat yang abadi. Sebab ibarat seorang musafir
yang akan menempuh perjalanan jauh; tentu lebih dulu harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan bekal sebanyak mungkin untuk keperluan dalam perjalanannya,
sehingga dengan perbekalan itu diharapkan agar dapat mencapai tujuan dengan
selamat. Karena itu marilah kita siap berusaha mengumpulkan bekal untuk
kehidupan di akhirat, dan jangan sekali-kali kehidupan dunia dengan segala
kemewahannya ini menggelincirkan kita hingga lupa kepada akhirat. Firman Allah
swt :
Artinya
: “ Hai manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada
hari itu) seorang bapak tidak bisa menolong anaknya dan seorang anak tidak
dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah
benar, maka janganlah sekali kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (menta`ati) Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar